Apa itu Great Reset?

Merubah ekonomi Barat, yang tadinya 50 persen dikuasai publik menjadi 90 persen dikuasai bank sentral. Tujuannya agar seluruh pendapatan ekonomi bisa digunakan untuk pengembangan senjata. Jadi sebelum berperang, ekonomi harus dirubah terlebih dahulu. Karena pembiayaan militer itu besar.

Bagaimana cara merubah struktur ekonomi dengan cepat dan mendadak? Pertama ekonomi dihentikan dahulu, agar pendapatan bisnis terhenti dan membuat mereka bangkrut. Pada saat yang sama bank sentral melalui institusi permodalan yang ditunjuk membeli aset-aset ekonomi milik masyarakat yang bangkrut. Tahapan pertama ini dilakukan dengan pandemi coronavirus.

Tahapan keduanya adalah mencetak uang secara besar-besaran untuk membiayai pembuatan industri-industri yang terkait dengan militer dan industri-industri self sufficient/ berdikari. Untuk berperang, kebutuhan masyarakat tidak boleh bergantung dari Negara lain. Tahapan kedua inilah yang menciptakan hiperinflasi di Negara-Negara Barat. Kita saat ini ada ditahapan ini.

INFLASI

Jumlah emas di bumi yang terbatas, bukan berarti alasan untuk meninggalkan uang intrinsik (emas) dan menggantinya dengan uang fiat (kertas dan digital).

Inflasi terjadi karena uang yang beredar bertambah jumlahnya.

  • Untuk mata uang logam, emas dan perak, berat koinnya dikurangi. Negara menjadi pihak penguasa sistem moneter. Di koin ada cap negara. Gambar kepala Kaisar. Di negara itu tidak boleh menggunakan uang selain dengan cap itu (mark of the beast: Injil). Bagaimana mengurangi berat koinnya? Negara melakukan jual beli dengan rakyatnya. Koin yg ada di kas negara dicetak ulang. Dileburkan kemudian dibuat koin baru. Yang tadinya 5 gram, menjadi 2 gram. Lalu didistribusikan di ekonomi, sehingga supply uang bertambah melebihi komoditas dan jasa. Ini menyebabkan inflasi. Nilai uang logamnya berkurang. Daya beli hilang. Saya kerja tadinya dapat unta sekarang dapat ayam. Berarti ada yang merampok uang saya. Siapa? Negara yang tidak bekerja, dan hanya mencetak uang koin tadi.
  • Zaman sekarang mudah sekali Negara mencetak uang baru. Untuk uang kertas, mereka tinggal cetak. Untuk uang digital mereka mengetik angka di komputer.

Lalu mereka beri alasan, bagaimana kalau populasi bertambah, dan ekonomi berkembang, dan populasi yang bertambah ini butuh uang untuk transaksi, sedangkan uang yang beredar tidak cukup jumlahnya?

Komoditas pangan yang tahan lama, tidak busuk disimpan, digunakan sebagai uang untuk pengganti koin emas yang jumlahnya terbatas.

Komoditas ini diproduksi oleh rakyat:
Gula, beras, gandum, garam, merica, pala, kayu manis, vanila, madu, tembakau, teh, cengkeh, kopi, dll.

Negara dan institusi nya, yang berhak menetapkan uang, dilarang mengatur sistem moneter sedemikian sehingga membuka pintu bagi mereka untuk memanipulasi dan merekayasa nilai uang.

Namun sebaliknya, negara harus menjaga sistem moneter sehingga kecurangan di sistem moneter tidak terjadi.

Adakah hal ini di al-Qur’an?

Nabi Shuayb, as, mengatakan kepada kaumnya, bangsanya, pemerintahnya;

[7:85] Dan ke Madyan (Kami mengutus) saudara mereka Shu’aib. Dia berkata: Wahai umatku! Melayani Allah, Anda tidak memiliki Tuhan selain Dia; Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka berikanlah takaran dan timbangan yang sempurna (dari sistem moneter) dan janganlah kamu mengurangi harta mereka (inflasi), dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah perubahan itu; ini lebih baik bagimu jika kamu orang-orang yang beriman.”

Komoditas pangan sebagai pelengkap koin emas dan perak, jika koin terbatas jumlahnya, ada di Hadist;

Ibn Rusyd meneliti tiga bentuk penjualan yang dapat muncul di pasar di mana barang dan uang ada: “ketika dua komoditas dipertukarkan, satu dapat berfungsi sebagai mata uang dan yang lainnya sebagai komoditas harga, atau keduanya mata uang. Ketika mata uang ditukar dengan mata uang penjualan disebut ‘sarf’, dan ketika mata uang ditukar dengan komoditas yang dihargai, transaksinya adalah penjualan yang tepat (‘bay’). Mirip dengan penjualan komoditas dengan harga untuk komoditas harga lainnya (barter)” ibn Rusyd: Bidayat al-Mujtahid (hlm. 154, Garnet, 1996) Aturan bay al-sarf sebagian besar berasal dari hadits terkenal:

“Emas harus dibayar dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, jelai dengan jelai, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam – seperti untuk sejenisnya, sama untuk sama, pembayaran dilakukan di tempat. Jika spesiesnya berbeda , jual sesuai keinginan dengan syarat pembayaran dilakukan di tempat”. – Hadits : muslim

Jadi tidak ada alasan, populasi bertambah, ekonomi berkembang pesat, dan koin emas dan peraknya tidak memadai atau memenuhinya, dan oleh karena itu, Negara berhak menggunakan uang fiat, uang rekayasa, uang kertas dan digital.

*Angkoso Nugroho

Recommended Posts