
Ada ‘ stasiun-stasiun ‘ yang dibangun secara Ilahi, yang terletak di beberapa titik, yang berfungsi seperti barisan pawai dalam pergantian siang dan malam. Stasiun-stasiun tersebut dirancang sedemikian rupa untuk menarik perhatian sambil menyampaikan tanda-tanda, – beberapa di antaranya selembut lembayung senja dan seagung malam bertabur bintang, – yang lain seindah fajar menyingsing dan tak terlupakan seperti malam bulan purnama – dan yang lain lagi seindah cahaya keemasan sinar matahari pagi dan sespektakuler matahari yang terbenam di lautan pada saat matahari terbenam sebagai bola api. ‘Stasiun-stasiun’ ini memberikan pelajaran dan peringatan dari Allah Yang Maha Tinggi kepada orang-orang yang berpikir dan bertafakur, dan yang di dalam hatinya mengalir keimanan kepada Allah Yang Maha Tinggi dengan penuh rasa takut kepada-Nya.
Meskipun semua ‘stasiun’ yang disebutkan di atas, dan banyak lagi yang tidak disebutkan, adalah penting, namun semua itu tidak dapat dibandingkan dengan pergantian malam dan siang yang berkelanjutan sebagai ‘stasiun’ yang paling menarik perhatian.
Dajjal merespon dengan konsepsi sekuler tandingan tentang waktu yang mengabaikan semua ‘stasiun’ yang agung ini, dan dia berhasil membuat umat manusia, termasuk sebagian besar umat beriman, untuk mengikutinya ke jalan lain yang dia rancang hanya dengan dua ‘stasiun’, yang tidak ada satupun yang menarik perhatian, yaitu, dua belas tengah malam dan dua belas tengah hari; dan dengan stasiun-stasiun kecil pukul 01.00 pagi, pukul 02.00 pagi, pukul 03.00 pagi, dst., yang berdetik di antara keduanya dengan keteraturan mekanis yang monoton.
Pilihannya pada jam 12 siang sebagai ‘stasiun’ seharusnya membuat orang yang beriman khawatir karena jam 12 siang terkadang bertepatan dengan tengah hari, saat matahari berada di puncak, dan ketika shalat dilarang karena rentan terhadap penyembahan terhadap matahari. Pilihannya pada jam 12 tengah malam, ketika semua orang tertidur, sebagai ‘stasiun’ utama dari semuanya karena, menurutnya, hal itu akan menutup tirai pada sebuah ‘hari’, dan membuka tirai untuk ‘hari’ yang baru, dan tidak ada artinya, dan oleh karena itu sangat bertentangan dengan kesederhanaan akal sehat.
Dajjal kini bergerak menuju era digital yang tidak lagi mengenal jam 12 siang, dan juga tidak lagi mengenal pagi dan sore, dan pada akhirnya hanya mengenal satu ‘stasiun’ yang dikenal sebagai jam 00.00, yaitu waktu di malam hari ketika ia memutuskan, secara tidak masuk akal, bahwa satu hari berakhir dan hari yang baru dimulai. Satu jam setelah pukul 12 siang sekarang dikenal secara universal di semua perjalanan udara sebagai pukul 13.00 siang. Sebagai konsekuensinya, ia telah meniadakan ‘stasiun-stasiun’ malam dan siang hari yang bergerak, tanpa henti, ke sistem waktu yang sama sekali tidak bertuhan.
Ini adalah sedikit cuplikan dari buku baru (Jejak Dajjal dalam Waktu) yang akan segera hadir, dan Kafilah ini akan terus bergerak, Insya Allah.
Maulana Imran Nazar Hosein
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris oleh Awaluddin Pappaseng Ribittara