Frasa “kiamat sudah dekat” sepertinya sudah tak asing lagi di telinga kaum Muslimin. Bahkan sampai dijadikan judul sinetron dan judul lagu. Respon terhadap pernyataan “kiamat sudah dekat” ini pun beragam. Ada yang meyakini bahwa memang kiamat sudah dekat. Ada juga yang hanya menganggap angin lalu dan bahkan dijadikan bahan candaan. Na’udzubullah.
Bagaimana kabar dan peringatan dari Allah SWT dalam Al Qur’an tentang hari Kiamat ini? Meskipun mengenai kapan persisnya hari Kiamat itu terjadi benar-benar dirahasiakan oleh Allah SWT, namun Allah SWT telah memberikan pernyataan tentang dekatnya hari Kiamat dan telah memberikan “bocoran” berupa tanda-tanda yang harus bisa dikenali oleh orang-orang yang beriman dan berakal.
Allah SWT menegaskan dalam Al Qur’an,
“Telah dekat (datangnya) saat (Kiamat) dan telah terbelah bulan.” (Al-Qamar: 1). Dalam surah lain Allah SWT berfirman, “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).” (Al-Anbiyaa: 1).
Dekatnya hari kiamat senantiasa dirasakan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat yang memiliki kualitas iman yang prima. Hal ini menandakan bahwa ada korelasi antara pemaknaan dekatnya hari Kiamat dengan tingkat keimanan. Orang-orang beriman yang memiliki kebersihan hati dan akal pikiran, dapat dengan mudah memahami makna dekatnya hari Kiamat.
Mereka bisa “merasakan” dan “membaca” dimensi waktu lain, selain dimensi waktu dunia. Dalam dimensi waktu dunia, yang menjadi acuan adalah rotasi material bumi, peredaran bulan mengitari bumi, serta peredaran bumi dan bulan mengitari matahari. Itulah acuan waktu yang berjalan di bumi. Sehingga dalam sehari semalam terbagi ke dalam 24 jam dan dalam setahun terbagi ke dalam 12 bulan.
Sekarang coba bayangkan, bagaimana dengan dimensi waktu di planet Mars misalnya? Apakah sama? Tentu berbeda! Dimensi waktu di planet Mars akan sangat ditentukan oleh rotasi Mars (jika dia berotasi), peredaran satelit mengitari Mars (jika ada satelit), dan peredaran Mars mengitari matahari (karena diyakini ada dalam sistem tatasurya yang berpusat pada matahari). Tentu durasi waktunya akan berbeda. Tidak sama dengan di bumi. Mudah difahami bukan?
Demikian pula dengan dimensi waktu di samawat (langit) yang terdiri dari 7 lapis. Allah SWT berfirman,
“(Dia juga) yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis.” (QS Al Mulk:3).
Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman,
“Sungguh, Kami telah menciptakan tujuh langit di atas kamu dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami).” (Al Mu’minun:17)
Tentu dimensi waktu di antara lapisan-lapisan langit tersebut berbeda-beda. Tidak semuanya berpusat pada matahari dan bulan. Inilah yang disebut dengan dimensi waktu paralel di alam semesta. Di mana secara bersamaan, di setiap bagian langit berjalan perhitungan waktunya masing-masing. Jadi jangan sampai terjebak memaknai waktu hanya mengacu pada dimensi waktu dunia saja.
Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,
“Janganlah salah seorang di antara kalian mencela Ad-Dahr karena sesungguhnya Allah adalah Ad-Dahr (waktu).”
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan bahwa Hadits ini bermakna ungkapan, bukan makna hakiki. Penisbatan Ad-Dahr kepada Allah hanyalah penisbatan penciptaan dan pengaturan. Artinya Dialah Allah yang menciptakan dan yang mengatur Ad-Dahr (waktu).
Dalam Al Qur’an juga disebutkan beberapa dimensi waktu. Ada dimensi waktu dengan ukuran sehari seperti 50.000 tahun di bumi. Allah SWT berfirman,
“Para malaikat dan Rūḥ (Jibril) naik (menghadap) kepada-Nya dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” (QS. Al Ma’arij:4).
Ada juga dimensi waktu dengan ukuran sehari seperti 1000 tahun di bumi. Sebagaimana firman Allah SWT,
“Mereka (kaum musyrik Makkah) meminta kepadamu (Nabi Muhammad) agar azab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Al Hajj:47).
Nah, sekarang kita coba kembali ke dalam konteks bahwa kiamat itu telah dekat. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda,
“Jarak diutusnya aku dan hari Kiamat seperti dua (jari) ini.” Beliau berisyarat dengan kedua jarinya (jari telunjuk dan jari tengah), lalu merenggangkannya.” (HR. Bukhari).
Rasulullah SAW menggambarkan dekatnya jarak antara beliau diutus menjadi Rasul Allah dengan hari Kiamat seperti dekatnya jarak antara jari telunjuk dan jari tengah! Masya Allah. Sangat dekat bukan? Kita ketahui bersama bahwa di antara jari tengah dan jari telunjuk, tidak ada lagi jari lainnya. Artinya tidak ada lagi jarak pemisah.
Para Ulama berpendapat bahwa perumpamaan jarak antara jari tengah dengan jari telunjuk ini menandakan bahwa di antara diutusnya Rasulullah Muhammad SAW sebagai Rasul Allah dengan hari Kiamat, tidak ada lagi Nabi dan Rasul yang diutus. Dan dari Hadits lainnya kita dapatkan keterangan bahwa menjelang hari Kiamat, Allah SWT (hanya) akan membangkitkan dan menurunkan kembali Nabi Isa a.s. (bukan Nabi baru) dan seorang Imam yang digelari Al Mahdi (bukan Nabi baru).
Sekarang, coba kita bandingkan menggunakan sistem dimensi waktu paralel. Jika kita menggunakan ukuran dimensi waktu bumi (fisik, material, empiris), tentu jarak waktu dari masa hidup Rasulullah SAW hingga kini (1400an tahun) dirasakan sangat jauh dan sangat lama. Dan pada kenyataanya, sampai saat ini masih belum terjadi Kiamat.
Namun, jika kita menggunakan ukuran dimensi waktu Samawat. Misalnya, kita gunakan dimensi waktu dengan ukuran sehari seperti 1000 tahun di bumi, maka jarak waktu dari masa Rasulullah SAW hingga saat ini hanya 1,5 hari saja. Sangat sebentar dan sangat dekat bukan? Teramat sangat dekat! Seperti berdampingannya jari telunjuk dan jari tengah!
Ibnu Abbas r.a. pernah mengatakan, ”Diutusnya Nabi Muhammad SAW merupakan tanda datangnya hari Kiamat. Tatkala Jibril a.s. yang menjadi utusan kepada Muhammad SAW melewati penghuni langit. Para penghuni langit tersebut mengatakan,”Allahu akbar, sebentar lagi terjadi kiamat.”
Selain itu, ungkapan dekatnya jarak antara diutusnya Rasulullah SAW dengan hari Kiamat ini bisa juga bermakna jarak waktu yang pendek jika dibandingkan dengan jarak waktu dari mulai diciptakannya bumi hingga diutusnya Nabi Muhammad SAW yang belum diketahui secara pasti (ada yang menyatakan ribuan tahun, ratusan ribu tahun, hingga jutaan tahun jaraknya). Dan jika dibandingkan dengan jarak waktu dari mulai hari Kiamat hingga kehidupan di Akhirat kelak yang kekal selamanya.
Wallahu a’lam bishshowab.
Agus Santoso, Pemerhati Eskatologi Islam