Rukyat atau Hisab?

Bergabungnya saya dengan komunitas Konsorsium Rukyat Hilal Hakiki (KRHH) ini terjadi pada 23 Agustus 2013 silam. Berawal-mula dari komunikasi melalui surat elektronik dengan sang pendiri, ustadzF Iwan Achmad Adjie, M.Eng.. Entah apa yang mendasari beliau untuk bersusah-payah menghubungi saya kala itu.

Konsep dan laku rukyat yang beliau jalani sejak dekade 90-anG yang berikutnya menjadi ‘watak’ komunitas KRHH coba dibagikan melalui kehadiran buku sederhana ini. Sejatinya, memprediksi bilakah hilal dapat diamati pertama kalinya pasca konjungsi di suatu lokasi, tidak bisa hanya menyandarkan pada kalkulasiH astronomis semata. Visibilitas atau kenampakan hilal juga melibatkan faktor lain yang lebih kompleks, yaitu yang berhubungan dengan hamburan cahaya di atmosfer dan psikofisiologi penglihatan manusia yang nyata-nyata dipengaruhi oleh faktor usia pengamat.

Memanfaatkan hasil-hasil penelitian yang ada terkait kedua faktor non-astronomis tersebut, salah satu model matematis, yaitu model Kastner yang saya geluti dan implementasikan dalam kasus-kasus hilal sejak 2012, tak disangka ternyata menjadi rujukan pula di KRHH.

Di dalam prediksi teoretik model Kastner ini yang berhasil saya temukan, bahwa lag timeI tersingkat yang masih memungkinkan hilal dapat dirukyat adalah selama ±11 menit, ternyata dipakai di KRHH secara praktek dalam bentuk menunggu memulai rukyat selama 12 menit pasca terbenam MatahariJ, dan secara perhitungan pada penyusunan almanaknya. Karenanya, pembahasan ringkas model Kastner turut mewarnai pula isi buku ini.

Buku sederhana di tangan pembaca ini—di tangan Anda—yang tersedia dalam bentuk elektronik maupun cetak; berupaya menghadirkan seluk beluk problematika rukyat, hisab, dan visibilitas hilal secara gamblang. Meski tak hadir dalam bentuk komprehensifK, kehadiran buku ini menjadi penting dan perlu dimiliki para pemerhati dan peminat hisab-rukyat, utamanya dari kalangan masyarakat umum.

Semoga bermanfaat dan menjadi jariyah ilmu para penulisnya.
Āmīn yā Mujībassailīn.

Bandung, 28 Juli 2022
Dr. Judhistira Aria Utama, M.Si.
Dosen & Peneliti Astronomi-Astrofisika, Laboratorium Bumi dan Antariksa Fakultas Pendidikan MIPA
Universitas Pendidikan Indonesia

Recommended Posts