
Mengingat seluruh surah (yaitu, bab) dalam Al-Qur’ān, yaitu Surah Ar- Rūm, diberi nama Rūm, maka implikasinya adalah bahwa subjek Rūm menjadi sangat penting untuk dipahami. Oleh karena itu, kami mencurahkan perhatian ekstra pada subjek ini karena kami berusaha untuk pertama-tama mengidentifikasi Rūm dalam Al-Qur’ān sebagai Kekaisaran Kristen Bizantium yang berpusat di Konstantinopel. Faktanya, tidak ada jawaban lain yang memungkinkan untuk pertanyaan yang diajukan di atas, yakni, ‘Siapakah Rūm dalam Al-Qur’ān?”, selain Kekaisaran Suci Kristen Bizantium, dan kami telah menjelaskan hal ini secara komprehensif dalam buku kami yang berjudul ‘Konstantinopel dalam Al-Qur’ān’.
Semenjak Kekaisaran Kristen Bizantium yang suci itu sudah tidak ada lagi, dan bahkan nama ‘Konstantinopel’ secara misterius menghilang dari pandangan publik, maka di manakah Rūm saat ini? Mengingat Al-Qur’ān telah menubuatkan dua kemenangan bagi Rūm, dan yang kedua belum terjadi, maka Rūm tidak mungkin hilang begitu saja!
Kami mengenali Rūm telah berpindah dari Konstantinopel ke Moskow sebagai dampak dari penaklukan Konstantinopel oleh Ottoman pada 1453. Mereka yang berbeda pendapat dengan kami harus memberi tahu kami – jika bukan Moskow – ‘siapa’, dan ‘di mana’, Rūm saat ini? Rūm tidak bisa menghilang begitu saja, sebagaimana hilangnya nama Konstantinopel, karena ada bukti yang jelas dari Al-Qur’ān yang akan kami paparkan dalam tulisan ini.
Sūrah ini diawali dengan deklarasi bahwa Rūm telah dikalahkan di sebuah negeri yang dekat – namun kemudian menubuatkan bahwa kekalahan Rūm tersebut akan segera tergantikan, sebagai wujud dari pertolongan Ilahi, berupa sebuah kemenangan. Surah ini kemudian melanjutkan untuk menyatakan, dengan penuh teka-teki, bahwa merupakan hak prerogatif Allah untuk menetapkannya – baik ‘sebelum’ maupun ‘sesudah’; dan hal ini telah diinterpretasikan oleh para mufassir sebagai dua kemenangan – yang satu ‘sebelum’ dan yang lainnya ‘sesudah’! Namun, berdasarkan konteksnya (kami akan segera menyajikan teksnya), pasti ada dua kemenangan bagi Rūm yang akan dirayakan oleh kaum Muslimin untuk kedua kalinya. ‘Sebelum’ dan ‘sesudah’ adalah istilah yang tidak hanya mengindikasikan dua kemenangan; mereka adalah istilah yang dimaksudkan untuk mendorong pemikiran kritis yang akan berusaha untuk mengidentifikasi peristiwa-peristiwa penting yang berada di antara kedua kemenangan tersebut – yang satu ‘sebelum’ dan yang lainnya ‘sesudah’.
Tampaknya, dua kemenangan Rūm akan berbeda satu sama lain sedemikian rupa sehingga kita tidak dapat mengenalinya selain dengan mengacu pada apa yang ada di antara kemenangan yang ‘sebelum’ dan kemenangan yang ‘sesudah’. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di antara kedua kemenangan itu akan berfungsi, secara tidak langsung, sebagai petunjuk jalan yang akan mengarahkan kita menuju waktu ketika kemenangan kedua akan terjadi.
Kemenangan pertama Rūm terjadi ketika Nabi Muhammad ﷺ dan orang-orang beriman yang mengikutinya, masih berada di Makkah. Kemenangan kedua belum pernah terjadi, dengan demikian Rūm tidak mungkin menghilang begitu saja!
Berikut ini adalah teks ayat Al-Qur’ān yang dimulai dengan tiga huruf dalam Alfabet Arab:
الٓمٓ
Ini adalah huruf-huruf dari alfabet Arab yang, mungkin, merupakan bagian dari kode keamanan numerikal sakral yang melindungi Kitab Suci ini dari segala bentuk serangan jahat, baik yang bersifat terestrial maupun kosmik, yang berusaha untuk melakukan perusakan terhadap teks dari Kitab Suci ini.
غُلِبَتِ ٱلرُّومُ
Rūm telah dikalahkan
فِىٓ أَدْنَى ٱلْأَرْضِ
di sebuah negeri yang sangat dekat.
وَهُم مِّنۢ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ
namun merekalah yang, meskipun mengalami kekalahan, pada akhirnya akan memperoleh kemenangan
فِى بِضْعِ سِنِينَ
Kemenangan akan datang hanya dalam beberapa tahun.
لِلَّهِ ٱلْأَمْرُ مِن قَبْلُ وَمِنۢ بَعْدُ
Adalah hak prerogatif Allah untuk memutuskan (kemenangan), baik ‘sebelum’ maupun ‘sesudah’.
وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ ٱلْمُؤْمِنُونَ
Dan pada hari kemenangan Rūm itulah orang-orang yang beriman (dalam Al-Qur’ān ini, yang mengikuti Nabi Muhammad ﷺ) akan turut bersukacita (merayakan kemenangan tersebut).
بِنَصْرِ ٱللَّهِ يَنصُرُ مَن يَشَآءُ
Mereka akan merayakannya karena Allah telah menolong Rūm, dan Allah menolong siapa saja yang Dia pilih untuk ditolong.
وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلرَّحِيمُ
Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.
وَعْدَ ٱللَّهِ لَا يُخْلِفُ ٱللَّهُ وَعْدَهُۥ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Ini adalah janji Allah (bahwa Rūm akan menang dua kali, ‘sebelum’ dan ‘sesudah’) dan Allah tidak pernah gagal dalam memenuhi janji-Nya, tetapi kebanyakan orang tidak mengetahuinya.
(Al-Qur’ān, Rūm, 30:2-6)
Kekaisaran Kristen Bizantium yang berpusat di kota Konstantinopel merupakan salah satu dari dua negara adidaya di dunia pada saat ayat-ayat Al-Qur’ān ini diturunkan. Negara adidaya lainnya adalah Kekaisaran Persia Zoroaster yang pagan (pagan karena orang Persia menyembah beberapa dewa dan bahkan seorang dewi bernama Anahita). Ketika Persia yang pagan mengalahkan Kekaisaran Kristen Bizantium tepat pada saat kaum Muslim berjuang untuk bertahan hidup di Mekah melawan musuh-musuh Arab pagan yang lebih kuat (pagan karena mereka menyembah beberapa dewa dan dewi), ada selebrasi kegembiraan di kubu Arab pagan sementara kaum Muslim, yang mengidentifikasikan diri mereka, dalam persaudaraan, dengan Negara Kristen yang suci, justru berada dalam kondisi yang sedang bersedih.
Wahyu yang menakjubkan dari ayat-ayat Surah Ar-Rūm ini tidak hanya menyampaikan berita tentang intervensi Ilahi dalam peperangan dimana Imperium Kristen yang suci akan segera meraih kemenangan dan mengungguli musuhnya yang pagan, tetapi juga memberikan pesan yang penuh dengan harapan dan keyakinan bagi kaum Muslimin yang berada dalam kondisi rentan dan lemah ketika menghadapi teror yang tak henti-hentinya dari musuh-musuhnya yang paganis.
Rasa keyakinan di antara kaum Muslimin tersebut menghasilkan sebuah anekdot menarik yang telah dicatat oleh para sejarawan dengan sangat teliti. Orang-orang Arab pagan di Makkah telah menanggapi dengan ketidakpercayaan, cemoohan, dan penghinaan, terhadap berita tentang wahyu ayat-ayat Al-Qur’ān di atas, sehingga Ubay bin Khalaf al-Jumāhi mengejek sahabat Nabi yang terkemuka, Abu Bakar ash-Shiddiq, dengan sebuah tantangan untuk bertaruh tentang kemungkinan kemenangan Kekaisaran Kristen Bizantium yang akan terjadi dalam waktu dekat terhadap Persia yang pagan, seperti yang telah dinubuatkan di dalam Al-Qur’ān. Orang-orang Arab pagan sangat yakin bahwa nubuatan Al-Qur’ān tidak lebih dari sekedar omong kosong. Bahkan seorang sejarawan terkemuka pada masa itu, Edward Gibbon, yang menulis ‘Kemunduran dan Kejatuhan Kekaisaran Romawi‘, menggambarkan kekalahan Bizantium dengan istilah-istilah yang bersifat apokaliptik. Merujuk pada nubuatan dalam Al-Qur’ān, ia menulis:
“Pada saat nubuatan tersebut dikatakan telah terpenuhi, tidak ada nubuatan lain yang lebih jauh lagi dari pencapaiannya, mengingat pada dua belas tahun pertama Heraklius mengumumkan pembubaran kekaisaran yang semakin dekat.”
‘Kemunduran dan Keruntuhan Kekaisaran Romawi’, Edward Gibbon. vol. 5 hal. 79, London, 1911
Abu Bakar dengan percaya diri menerima tantangan (taruhan) tersebut; tetapi ketika Nabi ﷺ mendengar bahwa taruhan tersebut memiliki jangka waktu kemenangan Kristen dalam waktu 3 tahun, beliau ﷺ menyarankan agar tantangan (taruhan) tersebut diubah menjadi jangka waktu 3 hingga 9 tahun karena ini adalah jangka waktu yang diberikan dalam Al-Qur’ān. Pertaruhan dimodifikasi, jumlah unta dalam taruhan ditingkatkan, seperti yang disarankan oleh Nabi, dan Abu Bakar memenangkan taruhan ketika nubuat dalam Al-Qur’ān tentang kemenangan Kristen atas Persia pagan terwujud dalam jangka waktu yang tepat dan akurat.
Ada peringatan Ilahi dalam peristiwa-peristiwa ini bagi seluruh umat manusia di zaman ini. Peringatan tersebut adalah bahwa peristiwa-peristiwa seperti ini, di mana terjadi perjuangan hidup dan mati antara mereka yang menyembah Tuhan di satu sisi, dan mereka yang pada dasarnya penyembah berhala dan karenanya tidak bertuhan di sisi lain, manakala peristiwa-peristiwa tersebut terjadi dalam Sejarah, akan berulang kali menegaskan klaim Al-Qur’ān bahwa Al-Qur’ān adalah Firman Tuhan Yang Maha Esa, dan oleh karena itu merupakan sebuah Kebenaran yang Mutlak:
سَنُرِيهِمْ ءَايَـٰتِنَا فِى ٱلْـَٔافَاقِ وَفِىٓ أَنفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ ٱلْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ شَهِيدٌ
(Al-Qur’ān, Fussilāt, 41:53)
Kami akan membuat Tanda-tanda Kami terus menerus terungkap, baik di alam semesta eksternal maupun di dalam Sejarah, hingga menjadi sangat jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’ān ini adalah Kebenaran yang sesungguhnya. Tidakkah cukup bagi mereka untuk mengetahui bahwa Tuhanmu, Allah, menjadi saksi atas segala sesuatu?
Dalam konteks inilah bahwa perang yang terjadi saat ini antara Rusia yang beragama Kristen dan musuhnya yang paganis di Barat modern ditakdirkan untuk mengonfirmasi kembali Kebenaran di dalam Al-Qur’ān bahwa Sejarah akan terulang kembali. Takdir Rusia adalah menjadi yang tidak terkalahkan. Oleh karena itu, ada beberapa Tanda-tanda Tuhan yang sangat penting dalam peristiwa di atas, dan dalam ayat-ayat Al-Qur’ān yang merujuk kepada peristiwa tersebut, yang harus diidentifikasi dan dijelaskan.
Yang pertama, tentu saja, adalah bahwa kemenangan yang menakjubkan dari sebuah negara adidaya Kristen, tepat setelah kekalahan telak dari musuhnya yang merupakan negara adidaya yang pagan, terjadi persis seperti yang dinubuatkan di dalam Al-Qur’ān, dan dengan demikian mengonfirmasi Al-Qur’ān sebagai sebuah Kebenaran.
Yang kedua, Al-Qur’ān dengan tegas menyatakan bahwa kemenangan Kristen terjadi sebagai konsekuensi dari pertolongan Ilahi. Namun, sebuah pertanyaan yang sangat menarik kini muncul dan perlu dijawab. Bagaimana Allah Yang Maha Tinggi dapat menolong sebuah negara Kristen untuk menang dalam peperangan, sementara penduduk Kristen di negara tersebut percaya pada dogma ‘Trinitas’ (yaitu, Tuhan itu Satu namun dalam tiga wujud – Tuhan Bapa, Tuhan Anak, dan Tuhan Roh Kudus), sehingga mereka menyembah Yesus sebagai Tuhan, dan juga sebagai Anak Tuhan?
Al-Qur’ān telah menolak kepercayaan terhadap dogma ‘Trinitas’, menolak kepercayaan bahwa Tuhan memiliki seorang Anak, dan menolak penyembahan terhadap Yesus sebagai Tuhan, dan Anak Tuhan, namun Al-Qur’ān melakukannya dalam ayat-ayat di bawah ini dengan penggunaan bahasa yang lembut:
يَـٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَـٰبِ لَا تَغْلُوا۟ فِى دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْحَقَّ إِنَّمَا ٱلْمَسِيحُ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ ٱللَّهِ وَكَلِمَتُهُۥٓ أَلْقَىٰهَآ إِلَىٰ مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِّنْهُ فَـَٔامِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦ وَلَا تَقُولُوا۟ ثَلَـٰثَةٌ ٱنتَهُوا۟ خَيْرًا لَّكُمْ إِنَّمَا ٱللَّهُ إِلَـٰهٌ وَٰحِدٌ سُبْحَـٰنَهُۥٓ أَن يَكُونَ لَهُۥ وَلَدٌ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ وَكِيلًا
(Al-Qur’ān, al-Nisa’, 4:171)
“Wahai para pengikut Injil! Janganlah kalian melampaui batas dalam keyakinan agama kalian, dan janganlah kalian mengatakan tentang Allah kecuali yang benar. Al-Masih Isa putra Mariam itu tidak lain hanyalah Rasul Allah, [pemenuhan] janji-Nya yang disampaikan-Nya kepada Mariam, dan sebuah jiwa yang diciptakan-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan janganlah kamu mengatakan: “Allah itu adalah Tuhan yang Tritunggal”. Berhentilah (dari pendirian itu) demi kebaikan kalian. Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, sangat jauhlah Dia dari mempunyai anak, kepunyaan-Nya-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan tidak ada seorangpun yang berhak disembah selain Allah.“
ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ وَلَدًا سُبْحَـٰنَهُۥ بَل لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَ ٱلْأَرْضِ كُلٌّ لَّهُۥ قَـٰنِتُونَ
Namun beberapa orang mengatakan, “Allah telah mengambil seorang anak bagi diri-Nya sendiri!” Tidak ada batasan bagi-Nya dalam keagungan-Nya! Tidak, tetapi kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi; segala sesuatu tunduk kepada kehendak-Nya.
(Al-Qur’ān, al-Baqarah, 2:116)
Namun bahasa yang digunakan dalam ayat berikutnya di bawah ini, cukup keras:
قَالُوٓا۟ إِنَّ ٱللَّهَ ثَالِثُ ثَلَـٰثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَـٰهٍ إِلَّآ إِلَـٰهٌ وَٰحِدٌ وَإِن لَّمْ يَنتَهُوا۟ عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sungguh, mereka mengingkari Kebenaran ketika mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah adalah yang ketiga dari Trinitas’ – karena mereka tidak menyadari bahwa tidak ada tuhan selain Allah Yang Maha Esa. Dan jika mereka tidak menghentikan pernyataan mereka ini, penderitaan yang menyedihkan (yakni, di akhirat) akan menimpa mereka yang bersikeras untuk mengingkari Kebenaran.”
(Al-Qur’ān, Al-Māidah, 5:73)
Faktanya, Al-Qur’ān telah mengantisipasi keberatan yang akan diajukan oleh beberapa orang Muslim terhadap pertolongan Ilahi kepada orang-orang Kristen karena keyakinan mereka terhadap dogma ‘Trinitas’ dan penyembahan mereka kepada Yesus (damai sejahtera atasnya) sebagai Tuhan dan Anak Tuhan. Hal ini terjadi ketika Al-Qur’ān tidak hanya menyatakan bahwa kemenangan umat Kristen akan terjadi sebagai konsekuensi dari pertolongan Allah, tetapi kemudian dengan tegas menyatakan bahwa Allah menolong siapa pun yang Allah pilih untuk ditolong. Implikasinya adalah bahwa Al-Qur’ān dengan jelas menyatakan bahwa Allah Yang Maha Tinggi dapat menolong suatu kelompok tertentu di antara orang-orang Kristen untuk menang melawan musuh mereka meskipun mereka percaya kepada dogma Trinitas dan mereka menyembah Yesus sebagai Tuhan dan Anak Tuhan. Penjelasan yang paling mungkin untuk respon Ilahi ini adalah bahwa manusia tidak dihakimi semata-mata atas dasar keyakinan; namun Al-Qur’ān menyatakan, mungkin sebanyak 200 kali, bahwa penghakiman Ilahi didasarkan pada keyakinan (iman) dan juga perilaku yang baik dan benar (saleh).
Ketika kita meneliti keyakinan umat Kristen Bizantium yang berpusat di Konstantinopel pada saat Allah menolong mereka untuk meraih kemenangan atas Imperium Persia yang paganis, buktinya tak terbantahkan bahwa umat Kristen Bizantium telah menganut dogma “Trinitas”, dan oleh karena itu mereka menyembah Yesus (Isa) ‘alaihis salam sebagai Tuhan, sang Anak. Faktanya, mereka melakukannya sejak Konsili Nicea mengadopsi keyakinan akan dogma ‘Trinitas’ sekitar 325 tahun setelah masa Yesus, dan sekitar 300 tahun sebelum Al-Qur’ān diwahyukan.
Sama pentingnya untuk dicatat bahwa Nabi Muhammad ﷺ, serta umat Muslim yang dipimpinnya, mengidentifikasi diri mereka sendiri, dalam hubungan persaudaraan, dengan orang-orang Kristen yang percaya pada dogma ‘Trinitas’ dan menyembah Yesus (Isa) ‘alaihis salam sebagai Anak Tuhan, dan ketika berita tentang kemenangan Kristen yang dinubuatkan di dalam Al-Qur’ān sampai kepada mereka, mereka semua merayakan kemenangan tersebut.
Pertanda penting yang disampaikan di atas, adalah bahwa Allah Yang Maha Tinggi dapat menolong sekelompok orang Kristen tertentu, dan bahwa Nabi Muhammad ﷺ dan umat Muslim yang mengikutinya dapat mengenali, bersahabat dengan, dan mendukung, kelompok orang Kristen tersebut, meskipun mereka menyembah Yesus (Isa) ‘alaihis salam sebagai Anak Tuhan, dan sebagai pribadi kedua dalam ‘Trinitas’ Ilahi. Mereka yang mengikuti Islam Ottoman yang palsu telah dicuci otaknya habis-habisan sehingga mereka tidak dapat menerima bukti nyata dari Al-Qur’ān yang menyingkap keyakinan keliru mereka bahwa semua orang Kristen adalah Kafir (yakni, orang-orang yang tidak beriman):
لَيْسُوا۟ سَوَآءً مِّنْ أَهْلِ ٱلْكِتَـٰبِ أُمَّةٌ قَآئِمَةٌ
يَتْلُونَ ءَايَـٰتِ ٱللَّهِ ءَانَآءَ ٱلَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ
(Qur’ān, Āle-Imrān, 3:113)
“(Perhatikan! Waspadalah!) Mereka tidak semuanya sama: di antara Ahlul Kitab (yakni, pemeluk Nasrani dan Yahudi) ada segolongan orang yang taat, yang membaca wahyu Allah di waktu-waktu yang berbeda di malam hari (misalnya dalam melakukan ibadah berjamaah di larut malam) dan mereka bersujud menyembah-Nya.”
Yang ketiga, kita sekarang berada pada suatu masa dalam Sejarah ketika sekali lagi negara adidaya Kristen terkunci dalam pertarungan hidup dan mati dengan musuh yang pada dasarnya tidak bertuhan dan paganis, yang merupakan negara adidaya.
Bukti bahwa peradaban barat modern, yang terkunci dalam pertarungan hidup dan mati dengan Kristen Ortodoks Rusia, pada dasarnya adalah kaum pagan, cukup mengejutkan sekaligus mencengangkan.
Sekularisme Barat dirancang untuk pada akhirnya menyingkirkan agama, yang juga berarti kepercayaan kepada Tuhan, dari masyarakat sekuler dan negara sekuler. Hal ini secara alamiah mengarah pada materialisme, artinya, tidak ada lagi realitas di luar realitas material. Hal ini, pada akhirnya, berdampak pada filsafat moral yang menghasilkan relativisme moral, yaitu bahwa tidak ada nilai moral yang absolut dan universal; melainkan, masyarakat menciptakan nilai moralnya sendiri dan ini dapat berubah ketika masyarakat memutuskan untuk mengubahnya. Nabi Muhammad ﷺ telah menubuatkan, sebagaimana hanya seorang Nabi dari Tuhan Yang Maha Esa yang dapat menubuatkan, bahwa suatu hari nanti wanita akan berpakaian, namun tetap telanjang. Beliau juga menubuatkan, bahkan lebih mengerikan lagi, bahwa orang-orang akan melakukan hubungan seksual di depan umum seperti keledai. Nubuatan ini sekarang telah terpenuhi oleh peradaban barat sekuler modern tidak bertuhan yang merangkul erotisme.
Saat kami menulis pada bulan Agustus 2024, Olimpiade Paris baru saja berakhir. Olimpiade ini memberikan banyak bukti dalam penghinaan terbuka terhadap Islam dan Kristen, tentang profil Barat modern yang pada dasarnya pagan dan dekaden. Upacara pembukaan Olimpiade menggambarkan lukisan Leonardo da Vinci “Perjamuan Terakhir” dengan pertunjukan “drag queen”, dan menampilkan para pria yang berparade sebagai karikatur wanita. Perjamuan Terakhir tidak hanya sakral bagi agama Kristen, tetapi juga diabadikan dalam Al-Qur’ān dengan satu surah yang diberi nama Surah al-Māidah. Revolusi feminis peradaban barat modern telah melahirkan revolusi seksual di mana seks, yang tidak lagi terikat oleh persyaratan hukum seperti pernikahan, menjadi tersedia secara leluasa layaknya sinar matahari.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, sebuah bangsa menetapkan hukum yang memungkinkan seorang pria menikahi pria lain secara resmi, dan seorang wanita dapat menikah dengan wanita lain. Anak-anak sekarang diajarkan di sekolah bahwa seorang anak dapat memiliki dua ayah dan dua ibu. Memang, Barat sangat bersikeras untuk memajukan agenda feminis homoseksualnya yang sekarang telah berganti nama menjadi LGBTXYZ, sehingga umat manusia menghadapi masa depan mengerikan yang tidak menentu di mana, mungkin, para ayah akan melakukan hubungan seks dengan anak perempuan mereka, para ibu dengan anak laki-laki mereka, dan saudara laki-laki dengan saudara perempuan mereka.
Mereka secara terbuka memproklamirkan profil paganisme mereka dalam nama-nama yang dipilih untuk hari-hari dalam seminggu seperti ‘Wednesday,’ yang dapat ditelusuri kembali ke dewa Norse terkemuka, Odin, ‘Thursday’ yang diambil dari nama anak dewa Thor, dan ‘Friday,’ sebagai hari untuk pemujaan dewi bernama Frigga atau Frei. Nama-nama bulan dalam setahun juga menunjukkan bukti paganisme. ‘January’, misalnya, berasal dari Janus, dewa pintu Romawi, permulaan, dan terbit dan terbenamnya matahari, sementara Juno adalah dewa bulan Juni.
Barat mendeklarasikan bahwa hari berakhir pada tengah malam, padahal Tuhan telah menetapkan bahwa hari berakhir pada saat matahari terbenam. Barat telah mengukir, secara konyol, dua belas bulan artifisial dalam satu tahun matahari, dengan beberapa bulan memiliki 31 hari dan satu bulan memiliki 28 hari dan kadang-kadang 29 hari, sementara Tuhan telah menetapkan bahwa bulan ditentukan oleh kelahiran bulan-bulan baru yang terjadi secara konsisten, dan oleh karena itu satu hari terdiri dari 30 hari – tetapi terkadang 29 hari. Barat telah melarang, melalui Pasal-Pasal Perjanjian Dana Moneter Internasional, penggunaan emas sebagai uang, meskipun hal ini (penggunaan emas sebagai uang) telah diperintahkan oleh Tuhan. Sebaliknya, Barat secara artifisial telah menciptakan uang palsu dari udara untuk memperkaya diri mereka sendiri melalui sistem pencurian yang dilegalkan sambil memiskinkan jutaan manusia di seluruh dunia. Mereka telah menciptakan, dan mereka mengendalikan, sistem perbankan berdasarkan riba yang memungkinkan mereka menyedot kekayaan umat manusia seperti mesin penyedot, padahal Tuhan telah melarang riba. Barat adalah majikan budak tertinggi yang ingin memperbudak seluruh umat manusia meskipun mereka memproklamirkan bahwa perbudakan yang legal telah berakhir!
Bukti dari profil pagan tidak bertuhan dari dunia barat yang mengobarkan perang hidup dan mati dengan Rusia yang beragama Kristen tidak ada habisnya! Sesungguhnya, peradaban barat modern telah menyatakan dirinya sebagai peradaban Anti-Kristus.
Ayat-ayat tentang Surah Ar-Rūm dalam Al-Qur’ān selanjutnya mengungkapkan bahwa Rūm akan memperoleh dua kali kemenangan, namun nubuat Ilahi tentang dua kemenangan ini dibingkai dengan bahasa yang penuh dengan misteri, yaitu ‘sebelum’ dan ‘sesudah’.
Sementara sebagian besar mufassir Al-Qur’ān mengenali bahwa ayat tersebut mengungkapkan nubuat tentang dua kemenangan, baik tafsir klasik maupun tafsir modern berpandangan bahwa kemenangan Muslim atas musuh-musuh Arab pagan yang terjadi dalam waktu 15 tahun setelah kemenangan Kristen, adalah kemenangan kedua yang telah dinubuatkan.
Meskipun para mufassir Al-Qur’ān telah menafsirkan kata ‘sebelum’ dan ‘sesudah’, seperti yang dijelaskan di atas, Allah telah menyatakan bahwa hanya Dia yang mengetahui arti dari Ayāt Mutashābihāt Al-Qur’ān (yaitu ayat-ayat yang harus diinterpretasikan untuk dapat menemukan maknanya), dan oleh karena itu tidak ada satu pun interpretasi yang dapat diterima secara otoritatif. Pandangan kami adalah bahwa kedua kemenangan tersebut, ‘sebelum’ dan ‘sesudah’ adalah kemenangan Kristen, dan alasan penggunaan bahasa yang penuh misteri pada kata ‘sebelum’ dan ‘sesudah’ adalah karena Allah ingin mengarahkan perhatian kita pada peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di antara kedua kemenangan Kristen tersebut, dan penjelasan tentang peristiwa-peristiwa itulah yang sekarang menjadi fokus perhatian kita. Akhirnya, bahasa yang digunakan, yaitu ‘sebelum’ dan ‘sesudah’, memastikan bahwa Rūm tidak bisa menghilang, tetapi harus bertahan hidup setidaknya sampai kemenangan keduanya terjadi.
Kami mengenali tiga peristiwa yang sangat penting yang telah terjadi sejak kemenangan Kristen yang pertama, dan kami percaya bahwa peristiwa-peristiwa ini tidak hanya menjelaskan kemenangan kedua yang kelak akan terjadi, tetapi juga berfungsi sebagai petunjuk jalan yang memungkinkan kita untuk mengantisipasi kemenangan yang kedua. Berikut adalah tiga peristiwa yang kami kenali berada di antara ‘sebelum’ dan ‘sesudah’:
Peristiwa pertama: Rūm terpecah menjadi dua bagian yang saling berperang antara satu sama lain
Peristiwa pertama yang terjadi di antara dua kemenangan Rūm adalah pecahnya Rūm menjadi dua bagian dengan bagian yang memisahkan diri, yang sekarang berada di kota Roma, Italia, yang mengobarkan perang kebencian tanpa henti sembari berusaha menghancurkan Rūm yang asli, yang masih berada di Konstantinopel, tempat di mana Rūm itu telah terpecah. Perpecahan Rūm terjadi sekitar 400 tahun setelah turunnya Al-Qur’ān, yaitu pada tahun 1054, sebagai akibat dari apa yang kemudian dikenal sebagai Skisma Besar dan yang lebih tepat disebut sebagai Syirik Besar, atau penistaan terhadap agama.
Al-Qur’ān merujuk kepada peristiwa yang sangat penting dalam sejarah Kristen ini ketika mengecam pengkhianatan terhadap perjanjian suci dengan Kebenaran dan kemudian menyatakan bahwa perpecahan Rūm bersifat permanen dan tidak akan pernah bisa dipulihkan:
وَمِنَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓا۟ إِنَّا نَصَـٰرَىٰٓ أَخَذْنَا مِيثَـٰقَهُمْ فَنَسُوا۟ حَظًّا مِّمَّا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦ فَأَغْرَيْنَا بَيْنَهُمُ ٱلْعَدَاوَةَ وَٱلْبَغْضَآءَ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلْقِيَـٰمَةِ وَسَوْفَ يُنَبِّئُهُمُ ٱللَّهُ بِمَا كَانُوا۟ يَصْنَعُونَ
“Dan (demikian pula) dari orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang Nasrani”. Kami telah menerima perjanjian yang sungguh-sungguh: dan mereka, juga, telah banyak melupakan apa yang diperintahkan kepada mereka untuk menjadi peringatan -maka dengan itu Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian, (yang berlangsung) hingga di hari kebangkitan: dan kelak Allah akan menjelaskan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.”
(Al-Qur’ān, Surah Al-Māidah, 5:14)
Rūm yang memisahkan diri dan Rūm yang asli berbeda pendapat tentang apakah Roh Kudus (yaitu, Rūh al-Qudus dalam Al-Qur’ān) berasal dari ‘Bapa’ saja, atau dari ‘Bapa’ dan ‘Anak’. Al-Qur’ān telah dengan jelas menjelaskan bahwa Roh Kudus berasal dari Allah Yang Maha Tinggi (al-Isra’, 17:85). Rūm yang asli berpegang teguh pada keyakinan bahwa Roh Kudus hanya berasal dari ‘Bapa’, dan bukan dari ‘Anak’. Rūm yang memisahkan diri, di sisi lain, tetap bersikeras untuk mengedepankan keyakinan yang sesat bahwa Roh Kudus berasal dari ‘Bapa’ dan ‘Anak’. Kedua Rūm tersebut berpisah satu sama lain pada tahun 1054, dan selama hampir 1000 tahun sejak saat itu mereka tetap saling berselisih antara satu sama lain. Faktanya, 150 tahun setelah Skisma Besar, pada Perang Salib ke-4, Rūm yang memisahkan diri berhasil menaklukkan kota Konstantinopel. Mereka bertahan selama hampir 60 tahun sebelum Rūm yang asli berhasil mengusir mereka. Perilaku mereka yang memalukan saat menaklukkan Konstantinopel, dan ketika memerintah Konstantinopel, jelas memperlihatkan bahwa mereka adalah kaum pagan, dan bukan Kristen!
Perpecahan kaum Rūm juga disebabkan karena salah satu bagian dari kaum Rūm meninggalkan hukum Sabat dan pergi memancing di hari Sabat. Al-Qur’ān mencatat peristiwa tersebut dalam ayat berikut ini:
وَسْـَٔلْهُمْ عَنِ ٱلْقَرْيَةِ ٱلَّتِى كَانَتْ حَاضِرَةَ ٱلْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِى ٱلسَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لَا يَسْبِتُونَ لَا تَأْتِيهِمْ كَذَٰلِكَ نَبْلُوهُم بِمَا كَانُوا۟ يَفْسُقُونَ
“Dan tanyakanlah kepada mereka tentang sebuah kota yang terletak di tepi laut (yaitu Konstantinopel): bagaimana penduduknya melanggar hari Sabat tatkala ikan-ikan mereka datang pada hari Sabat (dalam jumlah yang sangat banyak sampai terlihat oleh mereka, bahkan sampai memecah permukaan air), pada hari di mana mereka harus menaati hukum Sabat — tetapi ikan-ikan itu justru tidak mau datang pada hari-hari yang lain yang bukan hari Sabat. Demikianlah Kami menguji mereka karena perbuatan dosa yang mereka lakukan.“
وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِّنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا ٱللَّهُ مُهْلِكُهُمْ
أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا۟ مَعْذِرَةً إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
“Beberapa di antara mereka mengkritik orang-orang yang berupaya untuk menahan mereka yang pergi memancing di hari Sabat yang merupakan pelanggaran terhadap Hukum Allah.”
“Mengapa”, tanya mereka, “kamu memperingatkan orang-orang yang akan dibinasakan Allah atau [setidaknya] dihukum dengan azab yang sangat keras?” Mereka menjawab, “kami melakukan itu agar kami terbebas dari rasa bersalah di hadapan Tuhanmu, dan agar mereka [para pendurhaka, juga,] dapat menjadi sadar akan keberadaan Tuhannya.”
فَلَمَّا نَسُوا۟ مَا ذُكِّرُوا۟ بِهِۦٓ أَنجَيْنَا ٱلَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ ٱلسُّوٓءِ وَأَخَذْنَا ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ بِعَذَابٍۭ بَـِٔيسٍۭ بِمَا كَانُوا۟ يَفْسُقُونَ
“Dan demikianlah, ketika orang-orang (yang berdosa) itu telah melupakan apa yang telah diperintahkan kepada mereka agar mereka memperhatikannya, Kami selamatkan orang-orang yang telah berusaha mencegah perbuatan dosa tersebut, dan Kami timpakan kepada orang-orang yang berbuat dosa itu penderitaan yang sangat pedih karena kefasikan mereka;“
فَلَمَّا عَتَوْا۟ عَن مَّا نُهُوا۟ عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا۟ قِرَدَةً خَـٰسِـِٔينَ
“Dan kemudian, ketika mereka tetap bersikeras melakukan apa yang telah dilarang untuk mereka lakukan, yakni, melanggar Hukum Hari Sabat, Kami berfirman kepada mereka: ‘Jadilah kera-kera yang hina’!“
(Qur’ān, al-A’rāf, 7:163-6)
Penjelasan ini yang terdapat dalam Al-Qur’ān mengenai terpecahnya Rūm, dengan bagian barat yang memisahkan diri dan dikutuk oleh Allah, telah dianalisa dalam buku saya yang berjudul ‘Konstantinopel dalam Al-Qur’ān‘.
Peristiwa kedua: Rūm kehilangan Konstantinopel
Kekalahan sementara dan tragis yang menyakitkan selama sekitar 60 tahun dari ibu kota Rūm di Konstantinopel pada tahun 1204 terhadap Kekristenan Barat, menandakan peristiwa besar kedua yang terjadi di antara dua kemenangan Rūm, ‘sebelum’ dan ‘sesudah’, yang disebutkan dalam Al-Qur’ān. Penaklukan Konstantinopel oleh Ottoman pada tahun 1453 telah menghasilkan apa yang tampaknya merupakan kekalahan permanen ibu kota Rūm. Setelah hampir 600 tahun berlalu sejak kekalahan tersebut, hanya ada satu kota yang kini menjadi ibu kota penerus Rūm, yaitu Moskow. Rūm sekarang telah beralih dari Konstantinopel ke Moskow, oleh karena itu, kemenangan kedua Rūm, yang akan terjadi lagi dengan pertolongan Allah, akan menjadi kemenangan Kristen Rusia atas musuh-musuhnya.
Peristiwa ketiga: Sejarah yang berulang dua kali (yaitu Qarnain)
Peristiwa ketiga yang terjadi di antara ‘sebelum’ dan ‘sesudah’ adalah Sejarah yang kembali terulang dengan dua negara adidaya yang terkunci dalam pertarungan hidup dan mati – di mana Rūm kembali menjadi salah satu di antaranya. Namun, kali ini, alih-alih Kekaisaran Persia yang pagan menjadi negara adidaya kedua, negara-negara Barat modern yang paganlah yang terkunci dalam pertarungan hidup-mati dengan Rūm (yang kini telah berada ke Moskow).
Kesimpulan kami, dan Allah Maha Mengetahui, adalah bahwa kemenangan Rūm yang kedua yang dinubuatkan dalam Surah Ar-Rūm di Al-Qur’ān, akan terjadi dalam kemenangan Kristen Rusia atas Barat yang tidak bertuhan dalam sebuah Perang Besar yang kini semakin mendekat. Dengan demikian, sudah menjadi takdir Kristen Ortodoks Rusia untuk menerima pertolongan Ilahi dalam kemenangan Rūm yang kedua atas peradaban paganisme Barat, sebagaimana Konstantinopel menerima pertolongan Ilahi untuk mengalahkan Imperium Paganisme Persia dalam kemenangan Rūm yang pertama.
Pembaca mungkin tidak perlu menunggu lama untuk menyaksikan kemenangan kedua Rūm, seperti yang dinubuatkan dalam Al-Qur’ān, sejak nafsu Ukraina untuk menyerang Rusia dengan rudal-rudal jarak jauh milik Barat sambil didukung penuh dalam petualangannya oleh Barat yang memiliki persenjataan nuklir, pasti akan memancing respon nuklir Rusia. Jika hal ini benar-benar terlaksana, para pembaca tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan konfirmasi atas tesis utama dari kami bahwa Rusia saat ini adalah Rūm dalam Al-Qur’ān.