Al-Qur’an adalah Bahtera Nuh Kita yang Sebenarnya (27 Sya’ban 1445)

Berikut di bawah ini catatan ringkas tentang pelajaran dari Surah Al-Qiyamah (salah satu surah yang dibaca dalam Juz 27 di hari ke 27 Sya’ban 1445 ini) ketika menemukan salah satu komentar dari Sheikh Imran Hosein tentang bagaimana sistem pendidikan yang baik dan benar bagi anak-anak kita. Namun penulis tidak akan membahas lebih detail ke anak-anak terlebih dahulu, karena masalah yang krusial saat ini terletak atau berada di orang tua atau generasi di atas anak-anak kita saat ini. Bagaimana mungkin seseorang bisa mendidik anak-anaknya atau generasi di bawahnya jika dia belum mampu mendidik dirinya sendiri?

Dalam Al-Qur’an di Surah Al-Qiyamah, Allah telah menyampaikan rangkaian bahasa kode algoritma-Nya melalui ayat-ayat-Nya di surah tersebut, yang tentunya mampu menjadi penjelasan sederhana bagaimana seorang hamba dapat menjadi seseorang yang hidup dan matinya senantiasa bersama Al-Qur’an.

Al-Qur’an lah Bahtera Nuh kita yang sebenarnya, dan untuk membangun Bahtera Nuh ini, kita hanya perlu untuk mulai belajar bergaul dengan Al-Qur’an dan hidup bersama Al-Qur’an dengan membacanya terlebih dahulu setiap hari dan mengkhatamkannya setiap bulan, dimana tentunya dengan adab dan etika serta metodologi yang baik dan benar.

“Janganlah engkau tergesa-gesa menggerakkan lidahmu dengan maksud untuk mempercepat (bacaan Al-Qur’an).”
Al-Qur’an Surah Al Qiyamah ayat 16

Seringkali ketika membaca Al-Qur’an, kita begitu semangat gegap gempita untuk menyelesaikannya dengan cepat (tergesa-gesa karena godaan urusan duniawi) sehingga melupakan adab dan etika dalam cara membacanya. Al-Qur’an sendiri bebeberapa kali memperingatkan bahwa pada dasarnya manusia memang suka tergesa-gesa (serba cepat dan serba instan). Biar lambat asal selamat. Pepatah ini sangat tepat dalam etika manusia membaca dan mempelajari Al-Qur’an. Karena Allah sendiri telah menjanjikan bahwa Dialah yang akan memandu dalam menyempurnakan bacaan dan memudahkan kita dalam proses penyempurnaan bacaan Al-Qur’an  itu sendiri.

“Sesungguhnya atas kekuasaan Kami-lah menyusunnya (di dalam hatimu) dan (membuatmu mudah) untuk membaca (mempelajarinya).”
Al –Qur’an Surah Al-Qiyamah ayat 17

Sheikh Imran N Hosein  menekankan untuk membaca dan mengkhatamkan Al-Qur’an dalam 1 bulan hijriah sesuai dengan fitrah waktu bulan dimana basis data informasi (pedoman) nya adalah:

“Dan apabila Kami membacakannya (Allah membaca dan mengkhatamkan Al-Qur’an melalui Jibril a.s), maka ikutilah (adab dan etika yang baik dan benar) dalam membacanya (Al-Qur’an).”
Al-Qur’an Surah Al-Qiyamah ayat 18

Allah sendiri telah membaca dan mengkhatamkan Al-Qur’an, lalu mengapa kita hamba-Nya jarang melakukan, belum pernah bahkan tidak sama sekali? Lalu bagaimana mungkin peluang untuk meraih cahaya-Nya, kesempurnaan petunjuk-Nya, pertolongan-Nya, semua itu bisa tersedia terutama di zaman fitan yang semakin ganas dan was-was dari golongan jin dan manusia yang terus membombardir diri kita setiap saat?

Al-Qur’an bukanlah untuk sekedar diterjemahkan (ditranslasi), melainkan Al-Qur’an sendiri menegaskan bahwa ia adalah kitab (buku) yang menjelaskan (segala hal) dan menjelaskan dirinya sendiri. Pertanyaan adalah, bagaimana kita bisa mendapatkan penjelasan dari Al-Qur’an sehingga kita mampu menawarkan penjelasan Al-Qur’an kepada generasi penerus kita?

“Maka sesungguhnya Kami-lah yang akan menjelaskannya (Al-Qur’an) kepadamu.”
Al-Qur’an Surah Al-Qiyamah ayat 19

Jadi komunikasi akan terjadi secara dua arah, antara Allah dan hamba-Nya yang berusaha untuk fokus dan konsisten dalam membaca dan mengkhatamkan Al-Qur’an setiap bulan. Bentuk komunikasi ini pun tidak bisa didapatkan dengan pulsa telepon atau jaringan internet. Melainkan melalui hati yang berada di dalam dada para hamba-Nya. Karena Al-Qur’an adalah rangkaian algoritma paralel dalam komunikasi kuantum yang diturunkan/disampaikan oleh Allah kepada para hamba dan abdi-Nya, dimana komunikasi kuantum adalah metode penyampaian informasi yang tidak bisa dibajak (diretas) sama sekali keabsahan dan keabsolutannya.

Dan ketahuilah, ketika setahap demi setahap rangkaian penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an telah masuk ke dalam dada dan membentuk sebuah rasi (layaknya rasi bintang di langit), maka keberanian, ketangguhan dan kekuatan diri dalam melangkah untuk mengimplementasikan Al-Qur’an dalam kehidupan diri kita akan muncul dengan sendirinya. Tiada kekhawatiran , tiada kesedihan dan tiada keresahan, yang ada hanyalah senyuman kedamaian dan tangis haru yang selalu menemani diri dalam menyambut berbagai kabar gembira dan kabar kemenangan yang Haq dari Allah Yang Maha Perkasa.

Wallahu ‘alam.

Awaluddin Pappaseng Ribittara (27 Sya’ban 1445H)

Print Friendly, PDF & Email

Recommended Posts