Lima Pilar Islam yang Telah Hilang

Berikut ini adalah transkrip dari kuliah saudara Hasbullah, di ponpes Al- Wafa, Tempurejo, Jember pada 26 April 2017. Sdr Hasbullah adalah asisten dan murid Maulana Syeikh Imran Hosein yang telah dipercayakan oleh Maulana untuk mengajar ilmu akhir zaman. Beliau berpembawaan tenang, murah senyum, sederhada dan juga pemalu. Dalam menyampaikan ilmunya di kesempatan kali ini, beliau tampak tenang, ceria dan tidak menggebu-gebu, meskipun apa yang disampaikannya ini adalah tema yang cukup serius.

Transkrip ini adalah hasil adaptasi dari ceramah beliau, yang diupayakan penulisannya adalah persis sebagaimana disampaikannya, misal terdapat banyak kata ‘jadi.. ‘ dsb yang tampak seperti bahasa obrolan, dikarenakan beliau seringkali menggunakan kata ‘so’ dalam memulai kalimatnya. Beberapa hadits yang beliau kutip juga tidak kami cantumkan sumbernya agar pembaca bisa mencari hadits-hadits tersebut dalam kitab- kitab hadits sambil menambah pembelajaran pula bagi masing-masing pembaca. Ceramah ini dihadiri oleh bpk. Kiai Abdul Aziz dari Ponpes Al-Wafa Tempurejo, beberapa perwakilan dari Fiqh Tahawwulat, HTI, Jamaah Tabligh, Nahdlatul Ulama, Syiah, dan lainnya, juga tetangga sekitar, santri pondok serta dari berbagai ormas lainnya. Mohon maaf jika masih terdapat banyak kekurangan dalam penyajian transkrip ini. Semoga bermanfaat.
Transcript by: ITT

Hasbullah, Jember, 26/04/2017:

Terimakasih pak Kiai Abdul Aziz, saya sangat senang berada di sini, dan saya rasa ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk saling menyatukan karena Allah lah yang mempersatukan hati kita.
Allah berfirman:

وَاَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوۡبِهِمۡ​ؕ لَوۡ اَنۡفَقۡتَ مَا فِى الۡاَرۡضِ جَمِيۡعًا مَّاۤ اَلَّفۡتَ بَيۡنَ قُلُوۡبِهِمۡ وَلٰـكِنَّ اللّٰهَ اَلَّفَ بَيۡنَهُمۡ​ؕ اِنَّهٗ عَزِيۡزٌ حَكِيۡمٌ‏

“dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka. Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Mahaperkasa, Mahabijaksana.”

(Al-Qur’an Surah Al Anfal ayat 63)

Jadi, jika kalian belanjakan semua yang ada di bumi, kalian tak akan bisa mempersatukan hati orang-orang yang beriman, karena Allah-lah yang mempersatukan hati orang-orang mukmin.

Jadi Allah telah membawa kami ke sini, dan saya tidak bisa berbicara atas nama Syeikh Imran Hosein, akan tetapi beliau menyarankan saya untuk mengajarkan subjek tentang eskatologi. Jadi saya akan mengajarkan pendapat saya dan apa yang telah saya pelajari dari syeikh Imran Hosein bersamaan dengan pemahaman saya pribadi, dan.. Saya harap anda tidak menjadi kecewa karenanya (tertawa). Karena ini dari saya, saya tidak ingin mendahului beliau.

Jadi, saya bertanggung jawab terhadap perkataan saya, dan sheikh pun bertanggung jawab akan kata-kata beliau. Dan saya telah belajar dari beliau dalam beberapa tahun lamanya, namun saat ini saya sedang tidak ingin berbicara tentang syeikh ini atau syeikh itu, saya hanya ingin berbicara tentang apa yang kita sebagai umat Muslim tengah hadapi saat ini, namun seiring dengan itu jua saya ingin berterimakasih kepada guru kita Syeikh Imran Hosein yang telah membukakan pintu bagi kita sehingga kita dapat melihat fenomena sekarang ini.

Maka dalam perkara tersebut, pertama-tama saya ingin menyampaikan sebuah hadits,

(“Apabila kalian sudah melihat / menyaksikan syuhhan mutha’an gengsi yg ditaati, hawwan muttaba’ hawa nafsu yang diikuti, wa dunyan mu’tsarah dan dunia diutamakan, dan semua golongan sudah merasa bangga dengan pendapatnya masing-masing, tidak bisa menghargai pendapat orang lain, fa ‘alaika khusuusiyatu nafsik maka wajib atasmu tanggung jawabmu yg terdekat, hadits dr Hudzaifah bin Yaman. Fi tafsirihi tanggung jawab terdekat itu adalah kita sendiri kuw anfusakum, kemudian wa ahlikum, ahlikum tersebut termasuk anak, istri, keluarga, bila punya santri, bila berada dalam suatu kekuasaan, orang yg berada di bawah kekuasaannya, organisasi seperti itu pula, kita tidak bisa mengintervensi terhadap organisasi lain, mungkin seperti itu, syukron.”)

Jadi apa yang paling mula-mula hendak saya tekankan disini adalah, bahwa kita kesampingkan dahulu opini atau pendapat kita masing-masing dan keterikatan kita dengan kelompok masing-masing. Kita kesampingkan pendapat kita masing-masing yang disebabkan oleh perbedaan kelompok atau golongan tertentu dimana kita bergabung di dalamnya. Anda akan memahaminya secara singkat nanti sementara saya menjelaskan.

Ini disebut ashabiyyah.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Man da’a ilaa ashabiyyah laisa minnaa”

(Barangsiapa yang menyeru kepada ashabiyyah bukanlah dari kami)

Bukan dari kami siapa yang menyeru kepada ashabiyyah, yang hidup dalam naungan ashabiyyah, dan mati dalam keadaan ashabiyyah.

Jadi ashabiyyah adalah kelompok saya, suku saya, keluarga saya, guru saya, dan seterusnya.

Ketika kita singkirkan ini, kita dapat melihat Ummat. Mengapa? Karena, saat kita melihat dunia hari ini, apa yang kita hadapi di dunia hari ini, dan jika kita menyadari apa yang sedang kita hadapi akan kemana arahnya dunia ini dan menyadari akan seperti apa dunia ini berakhir, maka kita tidak akan punya waktu untuk ashabiyyah. Kita tidak punya waktu untuk kelompok saya, golongan saya, saya benar kamu salah, kita tidak ada waktu untuk itu. Kenapa? Akan saya terangkan pada anda sekarang.

Islam terdiri dari lima arkan/ pilar atau rukun.

Rukun yang pertama menyangkut akidah : Laa ilaaha illaLlah Muhammad ar- rasuulullaah, telah hilang. Pupus. Mengapa? Karena dalam surat At-Taubah Allah ta’ala berfirman :

اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَهُمۡ وَرُهۡبَانَهُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰهِ وَالۡمَسِيۡحَ ابۡنَ مَرۡيَمَ​ ۚ وَمَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِيَـعۡبُدُوۡۤا اِلٰهًا وَّاحِدًا​ ۚ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ​ ؕ سُبۡحٰنَهٗ عَمَّا يُشۡرِكُوۡنَ‏

“Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi), dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai tuhan selain Allah, dan (juga) Al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan.”

(Al Qur’an Surah At Taubah ayat 31)

Seorang sahabat, Adi bin Hatim mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan berkata, “ya Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak menyembah orang alim dan pendeta-pendeta mereka. Bagaimana bisa Allah mengatakan bahwa mereka menjadikan rahib-rahibnya sebagai tuhan-tuhan selain Allah?

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata, “bukankah mereka mengharamkan apa yang dihalalkan Allah dan mereka menghalalkan apa yang diharamkan-Nya?”

Sebagai contoh, Allah telah mengharamkan riba kemudian mereka menjadikannya halal, ini adalah satu contoh. Namun dalam berbagai hal semuanya telah dirubah, mereka tidak peduli tentang Allah. Mereka telah menjadi seperti Fir’aun: hukumku adalah hukum tertinggi. Konstitusi adalah lebih agung daripada Kitabullah. Dan Allah pun berfirman,

وَمَنۡ لَّمۡ يَحۡكُمۡ بِمَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰهُ فَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡكٰفِرُوۡنَ‏

“Dan barangsiapa yang tidak memutuskan perkara dengan apa yang telah Allah turunkan, mereka itulah orang-orang kafir.” (Al Qur’an Surah Al Maidah ayat 44)

Menyambung kepada hadits yg tadi, jadi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan mereka melakukan perubahan terhadap hal-hal yang haram menjadi halal, atau sebaliknya.

Itulah cara mereka (umat Yahudi dan Nasrani) melakukan dosa syirik. Dikarenakan penerimaan mereka terhadap perubahan yang dilakukan oleh para rahib dan pendetanya itu maka itulah cara mereka menyembah para rahibnya sebagai arbaaban min duunillaah.

Jadi sudahkah anda mendengarnya?

Jadi karena hal ini, ketika hukum menjadi yang tertinggi di setiap negara di dunia dan PBB telah menjadi yang tertinggi dan seluruh dunia berada di bawah kendali beberapa tangan-tangan sekelompok kecil manusia, maka kalimah kita telah menghilang, pilar pertama kita telah lenyap. Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah telah lenyap. Karena Islam bukanlah sebuah agama pribadi, melainkan sebuah komunitas manusia, sebuah ummat, sebentuk kemasyarakatan.

Jadi kita sedang membicarakan tentang pilar komunal atau tiang kemasyarakatan dalam Islam.

(Artinya rukun Islam yang lima berfungsi sebagai penopang hidup bermasyarakat. Kewajibannya dikenakan kepada setiap individu, namun fungsinya adalah sebagai tiang penyangga yang saling mengokohkan suatu bangunan yang membentuk satu kesatuan masyarakat, ummat, komunitas muslim yang utuh yang beriman kepada Allah yang menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Ketika kita membahas bahwa satu pilar telah runtuh, maknanya adalah fungsinya sebagai tiang bangunan masyarakat Islam telah runtuh, bukan kewajibannya yang gugur. Adapun kewajibannya yang Allah tetapkan bagi setiap individu masih terus berlaku sampai hari kiamat)

Sekarang pilar/ tiang yang kedua yaitu shalat. Ketika kita membuka Al-Quran kita mendapati lebih dari tujuh puluh kali Allah menyatakan tentang ‘aqiimush shalah’, tegakkanlah shalat. Aqiimush shalah artinya ialah membangun/ mendirikan masjid sebagai pusat dari masyarakat Islam. Dan dalam jantung masjid terdapat mimbar. Mimbar adalah simbol politiknya umat Muslim, karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berdiri di tangga pertama, sayyidina Abu Bakar di tangga yang kedua, sayyidina Umar di tangga yang ketiga, dan seterusnya. Jadi ketika anda, ketika seorang pemimpin kaum muslimin, berdiri di seluruh dunia Muslim, mimbar itu adalah miliknya. Hari ini mereka mengambil mimbar itu dari kita, dalam setiap negeri yang pernah saya datangi, kemana saja saya berkunjung, mimbar itu dikendalikan oleh orang- orang yang tidak beriman, saya tidak bermaksud mengatakan bahwa semuanya adalah orang-orang yang tidak beriman, (tertawa). Hanya sedikit berkelakar (agar tidak tegang).

Jadi ketika mimbar itu telah diambil dari dunia Muslim, kekuatan politik atau otoritas telah terlepas dari kepala umat Muslim, maka Allah subhanahu wa ta’ala bersabda dalam surat At-Taubah :

مَا كَانَ لِلۡمُشۡرِكِيۡنَ اَنۡ يَّعۡمُرُوۡا مَسٰجِدَ اللّٰهِ شٰهِدِيۡنَ عَلٰٓى اَنۡفُسِهِمۡ بِالـكُفۡرِ​ؕ اُولٰۤٮِٕكَ حَبِطَتۡ اَعۡمَالُهُمۡ ۖۚ وَ فِى النَّارِ هُمۡ خٰلِدُوۡنَ‏

“Tidaklah pantas orang-orang musyrik memakmurkan masjid Allah, padahal mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Mereka itu sia-sia amal-amalnya, dan mereka kekal di dalam neraka”.

(Al Qur’an Surah At Taubah ayat 17)

اِنَّمَا يَعۡمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنۡ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَاَ قَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمۡ يَخۡشَ اِلَّا اللّٰهَ​ فَعَسٰٓى اُولٰۤٮِٕكَ اَنۡ يَّكُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُهۡتَدِيۡنَ‏

“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”

(Al Qur’an Surah At Taubah ayat 18)

Orang-orang musyrik. Musyrik yang mana? Yaitu orang-orang yang menghalalkan apa yang Allah haramkan dan juga sebaliknya. Musyrik inilah yang dimaksud. Karena konteks dari ayat dalam surat ini berhubungan dengan ayat yang saya sebutkan di awal tadi.

Mereka membangun masjid, mereka mengontrol/ mengendalikan masjid, dan merekalah yang memenuhi masjid. Maa kaana lil musyrikiina an ya’muruu masaajidallahi, orang-orang musyrik jangan memakmurkan masjid, jadi mengapa Allah katakan ya’muru masaajidallah, mereka memenuhi masjid, jadi yang Allah maksudkan adalah mereka mengambil kendali masjid, dan mereka membangun masjid. Maka konsekuensinya masjid kita, dan shalat kita, serta mimbar kita, semuanya telah hilang.

Masih banyak lagi yang harus dibahas dalam perkara ini, jika kita memasuki masjid Al-Haram, masjid Al-Aqsa, mereka telah mengambil segalanya dari kita, kita tidak punya cukup waktu untuk membahas tentang ini sekarang, kita beranjak ke zakat.

Zakat juga disebutkan dalam Al-Quran lebih dari tujuh puluh kali. Tetapi ada sebuah ayat dalam surat At-Taubah, semua ayat yang saya sebutkan sedari tadi adalah masih surat at-Taubah, jadi sepertinya kita harus hafal surat at-Taubah, jadi dalam surat at-Taubah Allah berfirman :

خُذۡ مِنۡ اَمۡوَالِهِمۡ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمۡ وَتُزَكِّيۡهِمۡ بِهَا وَصَلِّ عَلَيۡهِمۡ​ؕ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمۡ​ؕ وَاللّٰهُ سَمِيۡعٌ عَلِيۡمٌ‏

“Ambilah zakat dari harta mereka, untuk membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka.

(Al-Qur’an Surah At Taubah ayat 103)

“Ambilah dari Harta mereka shadaqah”, tetapi shadaqah disini bermakna zakat. Dalam Al-Quran, ada beberapa ayat dimana shadaqah artinya shadaqah, dan ada pula dalam beberapa tempat lainnya dimana arti shadaqah mengarah kepada zakat. Dan dalam ayat ini, khuz min amwaalihin shadaqah artinya ambilah dari harta mereka zakat (shadaqah tathahhirhum wa tazakkiihim).

Ketika kita bicara tentang zakat, kita mesti membahas tentang uang, karena zakat adalah urusan harta, berdasarkan harta, maal, simpanan kita, uang, dan yang keduanya adalah pada hewan-hewan ternak kita, dan yang ketiganya adalah pada biji-bijian kita (beras, gandum, sorgum, dll). Jadi dari tiga hal ini, adalah apa yang Allah perintahkan untuk diambil dari mereka/ dikeluarkan zakatnya, apa artinya, Allah memberi perintah, kepada siapakah perintah tersebut ditujukan? Siapa, artinya siapakah orangnya yang Allah perintahkan untuk mengambil zakat dari harta-harta mereka? Ianya adalah seorang amir. Amir kaum Muslimin, pemimpin umat Muslim, atau seorang Khalifah, atau siapapun yang menjadi pemimpin umat Islam. Pemimpin bukanlah seseorang yang mengaku dirinya sebagai pemimpin. Abu Bakar Bahgdadi tidak mendeklarasikan dirinya “saya adalah pemimpin” atau “saya adalah khilafah”, tidak. Pemimpin yang sesungguhnya adalah seseorang yang mempunyai kendali atau kontrol terhadap teritori atau suatu wilayah, dan masyarakatnya menerima/ mengakuinya sebagai seorang pemimpin.

Jadi zakat adalah, amir harus mengambilnya dari orang-orang. Kita tidak memberi, amirlah yang harus mengambil. Bagaimana seorang amir mesti menarik zakat adalah dengan mengutus amil untuk pergi dan mengumpulkan zakat dari orang-orang / masyarakatnya. Semua zakat terkumpul di baitul maal, akan tetapi harta zakat ini tidak tinggal di baitul maal hingga matahari terbenam. Jika hari ini zakat itu tiba, maka hari ini pula ia harus keluar.

Beberapa ulama ada yang mengatakan batas waktunya adalah tiga hari.

Setelah tiga hari tidak boleh berada di baitul maal. Itu adalah satu hal, yang keduanya ialah, ketika seorang amil menarik zakat, ia harus mengambilnya dalam bentuk emas atau perak, hal ini disebabkan karena ada unsur ilahiah pada uang berdasarkan Quran dan sunnah. Jika kita menggunakan uang kertas, ketika saya mengatakan uang kertas saya tidak hanya membahas rupiah saja, saya mengacu pada semua kurs lainnya di dunia, US dollar, dan semuanya berbentuk kertas hari ini. Dan, jika kita mengambil dalam bentuk uang kertas, maka zakat kita tidak valid alias tidak sah. Saya tidak mengatakan jangan mengeluarkan zakat, tidak, anda harus tetap mengeluarkan zakat. Tetapi saya sedang membicarakan tentang pilar atau tiang dari masyarakat Islam yang Allah perintahkan kita untuk melaksanakannya.

Sebagai sebuah kesatuan masyarakat Muslim, zakat sebagai tiang yang menopang masyarakat muslim kita, telah roboh (fungsinya sebagai tiang penopang masyarakat telah runtuh, karena fitnah, namun kewajiban terhadap individu tetap berlaku hingga hari kiamat). Karena tidak ada amir yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat sebagaimana mestinya, dan tidak ada amir yang menarik serta membagikan zakat dalam bentuk emas dan perak.

Sekarang kita beralih ke shaum, puasa. Bulan Ramadhan harus diumumkan oleh seorang amir. Anda tau apa yang terjadi hari ini? Di dalam rumah yang sama, suami sudah mulai berpuasa, sementara sang istri belum mulai puasa, “saya akan berpuasa mulai besok”. Karena mereka mengikuti penampakan bulan sebagian mengikut Saudi, sebagian mengikut penampakan bulan di Moroko. Dan sebagian lainnya lagi mengikuti kalender, jadi saya menyaksikan ini terjadi di setiap negeri, kemana pun saya pergi ada kelompok ini sedang berpuasa hari ini, hari ini sudah Ramadhan, kelompok yang lain ‘tidak, tidak, ini belum Ramadhan, ini baru tanggal 30 Sya’ban’. Hal seperti ini terjadi di India, dalam satu rumah yang sama, suami berpuasa, istri merayakan Idul Fitri. Saya kurang tahu bagaimana dengan di Indonesia, tapi di negeri saya di Singapura, dan juga di Malaysia, di India, di Eropa, saya melihat di mana pun, Inggris, Jerman, Prancis, dimana-mana saya melihat ini terjadi. Satu kelompok memberitahu saya, “tidak, hari ini kami sudah mulai berpuasa”, kelompok lain: “tidak, tidak, kami mulai berpuasa besok”. Pada hari Raya, beberapa kelompok sedang melaksanakan sholat Ied sementara kelompok lainya sholat Ied keesokan harinya. Tidak ada lagi satu komunitas muslim yang utuh. Jadi dalam Hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, dengan sangat gamblang, dan dalam Al-Quran dikatakan “yas’aluunaka ‘anil ahillah”,

ي سْأ لُون ك ع ن اِلْْ هلَ ة قُِِۖلْ ه ي م واق يتُ للنَا س والْ ح جِ

Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah, “itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji.”

(Al-Qur’an Surah Al Baqarah ayat 189)

Bulan adalah sebagai penunjuk waktu bagi manusia. Bulan ada disana untuk menentukan hari-hari bagi manusia. Jadi ketika Allah mendefinisikan demikian maka kita harus menggunakan bulan (sabit) tersebut untuk menentukan hari- hari puasa, haji, dll.

Sekarang perhatikan apa yang dilakukan orang-orang. Mereka mengkalkulasi kemudian membawa sebuah kalender. Tolong jangan salah paham dulu dengan saya ya, saya tidak menentang semua ini, saya hanya sedang menceritakan kepada anda apa yang saya lihat di depan mata saya tentang apa yang tengah terjadi di dunia hari ini.

Jadi kalender adalah, mereka menentukan lima tahun dari sekarang, mereka sudah tau kapan itu Hari Raya, lima tahun dari sekarang mereka sudah tahu kapan itu Ramadhan, sepuluh tahun dari sekarang mereka sudah memastikan bahwa Ramadhan berada pada hari ini dan ini. Bagaimana, bayangkan jika kita berpuasa pada hari ke 30 bulan sya’ban, dan kita berpikir bahwa bulan sabit untuk Ramadhan telah muncul, tetapi kita tidak berpuasa karena menganggap hari ini sebagai 30 sya’ban. Ketika kita tiba di Hari Raya, kita tidak berpuasa dan merayakan Iedul Fitri, dan bayangkan pada 30 Ramadhan ketika masih bulan Ramadhan dan kita merayakan Idul Fitri. Hari pertama dan hari terakhir telah rusak. Jadi puasa kita sebagai satu kesatuan masyarakat muslim tidaklah utuh. Mengapa? Karena kita tidak dapat melakukan apa-apa, tidak ada satu pemimpin bagi seluruh muslim. Maksud pembicaraan saya adalah pilar atau tiang penyangga ummat Islam berupa berpuasa di bulan Ramadhan juga telah runtuh sebagai tiang sosial, tiang kemasyarakatan.

Sekarang kita beranjak ke haji. Haji merupakan topik yang sangat serius. Tetapi saya menyampaikan ini kepada anda untuk menceritakan apa yang saya lihat dan tengah terjadi di dunia hari ini, kemana dunia ini menuju, kita harus memahami apa yang terjadi kepada Islam dan kemana dunia ini digiring. Kita tidak bisa mengatakan saya mempelajari ilmu akhir zaman, kemudian langsung dengan serta merta melompat kepada solusi. Okelah, kita melihat dunia ini sedang menuju pada perang nuklir, apa yang harus kita lakukan sekarang dan segera dengan serta merta kita mulai berbicara tentang solusi. Kita harus menyikapi segala sesuatu selangkah demi selangkah, kita harus memahaminya selangkah demi selangkah. Tetapi hal ini (solusi menghadapi perang nuklir) tidak akan menyita banyak waktu. Sangat cepat bisa anda lihat langkah- langkah apa saja yang dapat diambil. Jadi ini hanyalah bagian awalnya. Saya tidak akan berlama-lama. Saya akan berbicara sedikit tentang haji, lalu saya akan merubah haluan. Jika anda merasa lelah silakan anda boleh mengambil minum (tertawa).

Sekarang haji, dalam surat yang sama surat At-Taubah, semuanya saling berkaitan. Allah berfirman bahwa Quran itu mufashshal, yakni Allah menyusun Al-Quran satu ayat berkaitan dengan ayat lainnya. Jadi saya sangat kagum melihat segalanya dalam surat at-Taubah. Ingat tentang syirik pada ayat yang mula-mula saya sebutkan tadi, sekarang ayat tersebut, ayat sebelumnya, sekitar dua tiga ayat di atasnya, Allah berfirman:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِنَّمَا الۡمُشۡرِكُوۡنَ نَجَسٌ فَلَا يَقۡرَبُوا الۡمَسۡجِدَ الۡحَـرَامَ بَعۡدَ عَامِهِمۡ هٰذَا​ ۚ وَ اِنۡ خِفۡتُمۡ عَيۡلَةً فَسَوۡفَ يُغۡنِيۡكُمُ اللّٰهُ مِنۡ فَضۡلِهٖۤ اِنۡ شَآءَ​ ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيۡمٌ حَكِيۡمٌ‏

‘’Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis, karena itu janganlah mereka mendekati Masjidilharam setelah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”

(Al Qur’an Surah At Taubah ayat 28)

Orang-orang musyrik, itu najis. Musyrik yang mana? Dalam permulaan surat At-Taubah, ayat 4, 5 atau 6, Allah mengatakan apabila di antara orang-orang musyrik ada yang datang kepadamu, sedang dia mencari perlindungan dan perkawanan denganmu, maka berikanlah perlindungan baginya dan berkawanlah dengannya.

kecuali orang-orang musyrik yang telah mengadakan perjanjian dengan kamu dan mereka sedikit pun tidak mengurangi (isi perjanjian) dan tidak (pula) mereka membantu seorang pun yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.

[4]

Apabila telah habis bulan-bulan haram, maka perangilah orang-orang musyrik di mana saja kamu temui, tangkaplah dan kepunglah mereka, dan awasilah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan melaksanakan salat serta menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

[5]

Dan jika di antara kaum musyrikin ada yang meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah agar dia dapat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah dia ke tempat yang aman baginya. (Demikian) itu karena sesungguhnya mereka kaum yang tidak mengetahui.

[6]

(Al Qur’an Surah At Taubah ayat 4,5 dan 6)

Jadi ayat 4, mengarah kepada satu jenis musyrik. Ayat 5 mengarah pada jenis lain dari orang musyrik. Adapun ayat 6 mengarah kepada jenis musyrik yang pertama. Sekarang kita menuju ke musyrik yang najis.

إ نَ ما اِلْمُشْ ركُو ن نِ جسٌ فِ لَ يِ قْ ربُوا اِلْ مسْ جد اِلْ ح را م بِ عْد عا م همْ هذ ا

Orang-orang musyrik ini najis, yang Allah memerintahkan untuk perangi mereka, musyrikin inilah yang najis, tidak semua musyrikin. Mereka tidak boleh mendekati Masjidilharam setelah surat ini turun, kaum musyrikin tidak boleh memasuki Masjidil haram.

وإ نْ خفْتُمْ عيْل ةً فِ سوْ ف يُِغْن يكُمُ اِللَُّ منْ فِ ضْ ل ه إِ نْ شا ءِ

Dan jika kalian takut menjadi miskin, jangan khawatir, Allah yang akan membuatmu kaya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Ketahuilah apa yang sedang Allah sampaikan kepada anda. Jadi Allah berkata, musyrik itu najis, mereka tidak boleh memasuki masjidil haram. Dan mereka tidak boleh berbisnis atau berjual beli dan mengambil uang orang-orang Muslim dari Mekkah dan Madinah. Hari ini, tahukah kalian apa yang sedang terjadi di masjidil haram? Berapa banyak dari anda yang hendak pergi umrah, berapa banyak? Saya ingin melihat, bisakah anda mengangkat tangan? Oh, semua belum… Oke, bagus. Jangan pergi (tertawa).

Karena sekarang di masjidil haram para musyrikin datang dan mengambil alih masjidil haram. Itulah mengapa Allah mengatakan “maa kaana lil musyrikiina an ya’muruhuu masaajidallaahi” tidak boleh bagi mereka memakmurkan masjid-masjid Allah”. Musyrikin (yang najis tadi) itu, mereka tidak boleh membangun dan memenuhi masjid Allah, ingat dalam pilar Islam yang kedua tadi yaitu shalat, ayat ini juga tertuju untuk masjidil haram “an ya’muruu masaajidallaahi“, mereka yang membangun masjid Al-Haram, semua investasi didatangkan dari seluruh penjuru dunia untuk membangun Mekkah. Ini adalah misi barunya Muhammad bin Salman bin Abdul Aziz Al-Saud untuk tahun 2030, dia ingin membangun Mekkah, dia katakan sebagai World’s Largest Global Investment Fund atau dana investasi global terbesar sedunia. Darimana uangnya akan berdatangan? Semua dari orang-orang musyrik. Musyrik yang mana? Yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan yang mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Orang- orang musyrik ini semuanya berkumpul bersama dan menaruh uang mereka untuk membangun masjidilharam. Kenapa? Karena mereka ingin mengakomodir dan melayani 15 juta umat Muslim di 2030 yang datang menunaikan haji.

Jadi, tahun 2030, bayangkan jika anda punya rencana tetapi anda tidak ada uang, apa yang harus anda lakukan? Anda menggambar rancangan usaha, dan kemudian anda pergi menemui orang-orang kaya dan menyampaikan pada mereka bahwa anda punya rancangan usaha yang membutuhkan banyak sekali biaya dan setelah satu, dua atau tiga tahun kemudian kita akan mendapatkan hasil yang melimpah, dan saya akan berikan keuntungan sangat banyak pada anda. Jika orang-orang kaya itu setuju dengan rancangan usaha tersebut maka ia akan menaruh uangnya, tapi si orang kaya tidak hanya menaruh uangnya begitu saja, dia menaruh uangnya karena ia berpikir atau karena dia tahu bahwa dia akan mendapatkannya kembali (plus profit) setelah beberapa tahun. Jadi apa artinya ini? Mereka akan menggunakan haji sebagai model bisnis untuk menciptakan modal investasi terbesar sedunia dan membawa semua uang para musyrikin untuk menerapkannya dan menyerahkan semua uang dari 15 juta umat Muslim yang datang ke sana, untuk orang-orang musyrik.

Lima belas juta orang yang membelanjakan uangnya, satu persen belanjanya saja kurang lebih seribu dollar. Dan semua dollar ini pada akhirnya bermuara di pesawat-pesawat penerbangan, franchise perhotelan, visa, dan segala sesuatunya akhirnya jatuh ke tangan-tangan kaum musyrikin. Sekarang ingatlah apa yang Allah firmankan dalam ayat

وإ نْ خفْتُمْ عيْل ةًِ

“Jika kamu takut menjadi miskin”, bukankah anda berpikir bahwa jika anda tidak melakukan bisnis dengan orang-orang musyrik itu anda akan menjadi miskin? Tidak, Allahlah yang akan membuatmu kaya. Dan Allah tahu apa yang disampaikan-Nya kepadamu, anda harus mentaatinya. Jadi, Saudi tidak mendengarkan Allah, mereka merendahkan diri di hadapan Amerika. Jadi apa yang mereka lakukan, mereka memulai investasi permodalan global ini dan mereka menggarap keseluruhan proyek dan menyerahkannya kepada Bank Sentral (World Bank/IMF). Jadi apa yang terjadi? Pilar Islam berupa haji pun telah roboh.

Sekarang tolong katakan pada saya, pernahkah di dunia ini terjadi, kapankah, pilar/ rukun Islam pernah seruntuh ini semuanya sekaligus? Kapankah hal ini pernah terjadi di sepanjang sejarah Islam? Tidak pernah terjadi dalam sejarah sebelumnya hingga tahun 1950, setidaknya pada sebelum tahun 1950an ibadah haji masih agak lebih baik tapi sekarang bahkan haji pun telah hilang.

Saya tidak tahu apakah anda menyadari atau tidak akan seriusnya pembahasan ini. Saya kira hal ini lebih serius daripada perang nuklir. Karena kita, ketika mendapati datangnya perang nuklir paling banter yang akan menimpa saya adalah kematian. Tetapi sebagai sebuah satu kesatuan umat Muslim, di hari Perhitungan kelak, kita tidak mampu berdiri di hadapan Allah sebagai jama’ah muslimin yang satu. Jadi inilah akhir zaman.

Jadi ketika kita belajar ilmu akhir zaman, dan pengetahuan tentang akhir zaman, kita harus ingat bahwa kita sedang mempelajari ilmu hadza zaman : zaman ini, masa kini. Segala sesuatu yang kita pelajari harus memiliki unsur akhir zaman di dalamnya. Karena seseorang, yang tidak tahu masa kininya atau sekelilingnya, dia sedang hidup dalam dunia mimpi. Jika dia tidak tahu bahwa hal ini sedang terjadi kepadanya, di sekelilingnya, maka dia tidak sedang hidup dalam realitas.

Sekarang terlepas dari itu, inilah dunia Muslim kita. Kita bisa membahas terus dan terus berbagai permasalahan, karena kita menyadari segalanya telah hilang dari Dien (Agana) ini. Satu contoh adalah situasi di Indonesia. Akan tetapi di Bangladesh juga lebih buruk, lebih parah lagi daripada Indonesia, Iran juga, Pakistan dalam kondisi yang buruk sekali, jadi hampir seluruh dunia Islam, Zimbabwe, anda tahu Zimbabwe, memang tidak sepenuhnya di sana Muslim, tapi mereka juga umat manusia, jadi di Zimbabwe pun keadaannya sangat mengenaskan, semua ini dikarenakan uang kertas. Uang kertas telah menjadi alat instrumen bagi Dajjal, atau jika anda belum begitu mengenal tentang Dajjal, dia adalah segelintir yang mengontrol dunia, untuk mengontrol populasi di dunia. Alat instrumennya untuk dia mengontrol dunia adalah uang kertas.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata pasar adalah berdasarkan wakaf. Setiap orang boleh datang ke pasar dan menjual apa saja dengan bebas di pasar tanpa harus membayar sewa. Untuk membuka toko kita tidak mesti membayar sewa. Jadi beritahu saya di mana ada pasar di Indonesia? Tidak ada pasar. Pasar seharusnya dibangun di atas wakaf. Dan siapapun boleh masuk dan membuka lapak, dan anda tidak boleh mengkapling satu titik dan mengakuinya sebagai milik anda. Siapa yang datang duluan boleh menempati posisi tersebut. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan jangan mengambil satu posisi untuk mencadangkannya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Pasar/ as-sawq, seperti layaknya masjid, siapa yang datang ke masjid lebih awal, dia yang lebih dulu mendapatkan tempat. Dan siapa yang datang ke pasar lebih awal untuk berjualan, dialah yang lebih dulu mendapatkan tempat (untuk berjualan)”.

Mengapa sekarang banyak pengangguran? Karena tidak ada yang dapat kesempatan untuk berdagang dengan cara seperti ini di negeri ini. Saya punya sebuah produk, saya menulis buku, kemanakah saya berangkat menjual buku? Saya membawa kuda ini, kemanakah saya harus menjual kudanya? Kita seharusnya.. anda tahu, tidak ada tempat berjualan, malah kita yang mencarinya sendiri. Jadi Allah tidak membolehkan hal ini. Dajjal lah yang membawanya ke dunia muslim: anda harus pergi dan bekerja dan menghasilkan uang. Jika anda ingin membuka usaha, anda membutuhkan investasi, anda membutuhkan uang, dan anda perlu meminjam, anda perlu membayar sewa tempat, banyak sekali yang harus anda lakukan, sehingga akhirnya anda menyerah, saya tidak lagi sanggup membuka usaha.

Bahkan jika akhirnya anda mempunyai tempat berjualan, uang yang anda gunakan di pasar, terus menerus jatuh nilainya, sepuluh tahun yang lalu berapa banyak yang bisa dibeli dengan uang seratus ribu rupiah? Sepuluh tahun yang lalu. Misalnya, ada yang bisa beritahu saya apa yang bisa anda beli dengan uang Rp 100.000? Berikan contoh? (Seseorang menjawab, ‘sepuluh tahun lalu kita dari Jember bisa pergi ke Jogja dengan uang 100 ribu rupiah via kereta, sekarang 200 ribu’). Jadi apa yang terjadi? Kenapa, [adahal uangnya sama. Kenapa nilainya jatuh? Inilah yang disebut, yang mereka sebut sebagai inflasi.

Tetapi saya akan menyampaikan pada anda apa itu inflasi, ini bukanlah seperti yang mereka katakan. Anda lihat saat kita meniup balon, mengisi angin ke dalam balon, kita sedang menginflasi balon tersebut, itulah balon inflasi.

Karena kita menaruh udara ke dalamnya. Jadi seperti itulah, dalam perekonomian, mereka menciptakan uang baru ke dalam ekonomi. Jadi uang baru ini datang dari Bank Sentral, World Bank. Mengapa uang baru itu masuk ke bank? Ke dalam perekonomian? Karena orang-orang menaruh uang di dalam bank.

Misalnya saja adalah bank sentral (di Indonesia adalah BI/ Bank Indonesia), sedikit membingungkan tapi semoga anda bisa bersabar mendengarkan saya, setiap bank mendapatkan akun yang dikeluarkan oleh bank sentral. Bank biasa, terdiri dari akun individu perorangan, dan akun-akun bermacam perusahaan.

Jadi ketika kita menyimpan 1000 rupiah ke bank, bank meminjamkan 400.000. Misalnya: anda, anda, anda dan anda berempat, menyimpan di bank, dan saya adalah bank biasa, dan saya menetapkan bagi anda masing-masing 1000 rupiah (untuk akun). Sekarang saya punya 4000. Saya mengatakan kepada anda semua: apakah anda ingin berbisnis/ membuka usaha? Anda dapat meminjam kepada saya. Jadi bisa dibilang saya punya 1,6 juta. Karena bersama setiap 4000 dikalikan 400, saya katakan saya bisa meminjamkan kepada anda masing- masing 1000 sehingga sampai 1,6 juta bisa saya pinjamkan.

Dan ketika anda semua meminjam 1,6 juta ini dari saya, anda akan membayar kepada saya dengan dikalikan 5% bunga, riba. Jadi, 1,6 juta rupiah plus riba 5%, itu yang saya inginkan dari anda, tidak ada uang dalam perekonomian saya, jadi dari mana datangnya 1,6 juta itu? Saya berangkat ke Bank Sentral. Saya sampaikan kepada bank sentral saya hendak mengisi akun saya, saya mau isi 4000 dalam akun saya. Ini bukan uang saya ya? Ini semuanya uang nasabah.

Jadi bank sentral mempunyai 200 akun bank biasa yang seperti saya ini. Jadi dia meminjamkan uang dikalikan pinjaman dikalikan pinjaman maka bank sentral akan membawakan uang yang sangat banyak dan memasukkannya ke dalam perekonomian bank-bank biasa. Setiap orang melakukan pinjaman, lalu tiba-tiba terjadi inflasi ekonomi, jatuhnya nilai uang. Darimana uangnya berasal? Saya mencetaknya lewat mesin print. Jadi inilah inflasi. Bukan dikarenakan kenaikan harga barang-barang, bukan. Jadi ketika inflasi terjadi, tidak peduli berapa banyak kita mewakafkan tanah untuk membangun pasar, uangnya semua kembali ke bank sentral dan kepada para pemilik bank sentral.

Kita membuka usaha di pasar wakaf, tetapi uangnya, jikalau kita tidak menggunakan dinar dan dirham, anda membiarkan ini terjadi. Jadi semua ini hanya sebagian kecil contoh untuk menunjukkan kita ilmu fiqih, tapi dalam perkara fiqih, 2/3nya ilmu fiqih adalah tentang muamalah. Dan hari ini kita tidak bisa melaksanakan kegiatan muamalah. Jadi kita menghadapi kondisi dimana lima pilar Islam telah runtuh, ditambah 2/3 perkara fiqih juga hilang.

Maka pernah Rasulullah mengatakan yuusiku ‘alan-naasi zamaan, akan tiba suatu zaman, suatu masa akan tiba ke atas umat manusia, laa yabqaa minal Islami illaa ismuhu, tidak ada yang tersisa dari Islam kecuali namanya saja. Wa laa yabqaa minal qur’aani illaa rasmuhu, tidak tersisa dari Al-Quran kecuali tinggal tulisannya saja. Masaajidahum aamiratun wa hiya kharaabun minal huda, masjid-masjid megah berdiri namun ianya lepas dari petunjuk.

Ulamaa’uhum syarrun man tahtaa’is samaa‘, para ulamanya adalah seburuk- buruk yang tinggal di bawah kolong langit. Min ‘indihim takhrujul fitnah wa fiihim tahud, dari mereka timbulnya fitnah dan kepada mereka fitnah itu kembali.

Tapi saat fitnah itu tiba, itulah akhir zaman. Allah berfirman dalam Al-Quran,

وَاتَّقُوۡا فِتۡنَةً لَّا تُصِيۡبَنَّ الَّذِيۡنَ ظَلَمُوۡا مِنۡكُمۡ خَآصَّةً​ ۚ وَاعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيۡدُ الۡعِقَابِ‏

Dan takutlah akan suatu fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya.

(Al Qur’an Surah Al Anfal ayat 25)

Takutlah, atau ngerilah, akan suatu fitnah yang tidak hanya akan menimpa orang-orang yang zhalim saja. Ketika fitnah itu tiba, maka ia menimpa setiap orang. Jadi ketika fitnah itu datang dari para ulama, maka ia, fitnah itu, menimpa setiap orang. Dan ia akan kembali pula kepada mereka. Jadi inilah keadaan kita sebagai umat Muslim hari ini.

Namun apakah anda mengira bahwa semua ini terjadi secara kebetulan? Ini tidaklah terjadi secara kebetulan, tidak ada yang namanya kebetulan, mungkin hanya Darwin yang mengatakan ada hal semacam kebetulan. Tapi bagi umat muslim tidak ada yang disebut dengan kebetulan. Allah menghendaki hal ini untuk terjadi. Apakah anda mengira Allah tidak membiarkan ini terjadi? Jadi inilah yang terjadi, dan Allah menghendakinya untuk terjadi. Jadi apa yang sedang terjadi? Untuk mengetahuinya adalah untuk mempelajari ilmu akhir zaman.

Sekarang, lihatlah dunia ini, kita belumlah mendiskusikan tentang ekonomi, kita belum membahas politik, kita belum membahas dunia dan apa yang sedang terjadi di dunia hari ini, dan kita belumlah membahas hal-hal lainnya yang sangat banyak. Kita tidak dapat membawa semua subjek itu ke atas meja ini, saya bisa saja, namun sekarang kita belum siap membicarakan hal-hal tersebut. Kalau saya memulainya, bisa-bisa saya akan terus berbicara sampai subuh.

Ada banyak hal yang tengah terjadi di dunia hari ini. Sekarang bayangkan, dapatkah kita tetap berpegang pada ashabiyyah? Betapa banyak yang telah terjadi. Haji telah hilang, masjid Al-Aqsa lenyap, masjid-masjid kita lenyap, tidak ada amir, tak ada zakat, tak ada sholat (masjid dan mimbar) yang menjadi tiang kemasyarakatan bagi umat, syirik dimana-mana, fasad, apakah yang ada dalam pikiran anda ketika anda mengatakan, “saya pendukung Hizbut Tahrir”, apa yang anda pikirkan ketika anda mengatakan “saya pendukung Habib Rizieq”? Apa yang anda pikirkan ketika anda mengatakan “saya anggota Jama’ah Tabligh”, apa yang anda pikirkan ketika anda mengatakan saya milik kelompok A, kelompok B, kelompok C, syeikh ini syeikh itu, apa yang anda pikirkan? Muhammadiyah, NU, apakah yang ada di kepala orang-orang Muslim? Seorang muslim itu tidak ada grup ini atau grup itu, Allah menyatakan,

واعْت صمُوا بِ حبْ ل اِللَّ ج ميعًا و لَّ تِ ف رَِقُوا

“Berpeganganlah kalian semua, bersama-sama, pada tali Allah, dan janganlah berpecah belah”. Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda Al- Quran adalah hablullahi-l-matiin, Al-Quran adalah tali Allah, Al-Matin : Allah yang Maha Kokoh.

Jadi Allah menjelaskan segalanya dalam Al-Quran, dan di zaman ini segalanya terjadi di dunia, kita melihat segala sesuatu yang sedang terjadi di dunia, kita tidak pantas mengatakan “yang saya mau.. “, ingat hadits yang dikutip tadi di awal, pada waktu ini, dan semua yang tengah terjadi kini, saat kita bersatu dan kita melihat kepada dunia tempat kita tinggal di dalamnya, dan kita terlebih dahulu menggunakan Al-Quran dalam melihat dunia, (kita melihat dunia ini hari ini lewat kacamata Al-Quran), maka kita sedang belajar ilmu akhiruzzaman.

Dan subjek tentang akhir zaman ini bukanlah hanya tentang masa lalu, ataupun masa depan, jika ianya tidak berkaitan dengan masa kini. Karena realitas adalah waktu sekarang, saat ini. Inilah realitas kita. Sekarang kita sedang duduk di Ponpes Al-Wafa, saya berbicara dan anda mendengarkan, inilah realitas kita sekarang. Kita tidak membicarakan tentang perang nuklir, jikalau itu tidak ada kaitannya dengan situasi kita disini sekarang ini. Jika kita tidak tahu apa kaitannya antara perang nuklir dengan kondisi kita disini sekarang ini, maka kita tidak sedang belajar ilmu akhir zaman.

Dan bila tiba masa, ketika Allah memberitahu nabi Nuh ‘alaihis salam, akan ada banjir yang datang, Aku akan memusnahkan seisi dunia maka buatlah perahu, dan Nuh ‘alaihis salam mulai membangun perahu. Sering sekali Allah membicarakan ini dalam Al-Quran. Setiap orang yang melewati nabi Nuh mereka mengatakan majnun, majnuun. Dan apa yang dilakukan nabi Nuh ‘alaihis salam, beliau melihat dari Allah, beliau memahami dari Allah. Jadi beliau tidak ambil pusing perihal mereka yang mencemooh dan terus melakukan apa yang dilakukannya. Akhirnya banjir benar-benar datang, beliau selamat, bahkan anak sulungnya terbunuh dalam peristiwa banjir tersebut. Jadi inilah ilmu akhir zaman.

Jika kita tak mampu melihat apa yang datang dari Allah, maka kita harus berusaha membenahi hati kita. Bersihkan hati kita. Karena kita tidak akan dapat melihat Nur, jikalau kita ingin mengetahui kabar buruk atau sesuatu berbahaya yang akan terjadi, oleh sebab itu hati kita harus siap. Jadi inilah hal terakhir yang ingin saya katakan,

Ayat terakhir dari surat Al-Kahfi

ف منْ كا ن يِ رْجُو لق ا ء رب ه فِ لْي عِْ ملْ ع ملًَ صا لحًا و لَّ يُِشْ ركْ بِ عب اد ة رب ه أِ حدًا

“Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan amal soleh dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.”

Disini bukan wa laa yusyrik billaahi ahadan, akan tetapi bi ibaadati Rabbihii ahadaa. Janganlah engkau berlaku syirik, bukan : janganlah engkau mempersekutukan Allah, tapi : janganlah engkau berlaku syirik dalam ibadahmu kepada-Nya. Janganlah berlaku syirik dalam pengabdianmu kepada- Nya.

Jadi sebenarnya ini adalah hal yang sangat penting, karena hal itu adalah رجا raja, harapan. Raja adalah, bayangkan ketika anda sedang mencari waktu untuk menemui istri anda, bagaimana anda merindukan dia dan anda ingin segera bertemu dengannya. Bayangkan hati anda, bagaimana suasana hati anda ketika merindukan istri anda, dan anda sedang menantikan untuk dapat bertemu dengannya. Itulah raja, harapan.

Allah mengatakan :

ف منْ كا ن يِ رْجُو لق ا ء رب ه فِ لِْي عْ ملْ ع ملًَ صا لحًا و لَّ يُِشْ ركْ بِ عب اد ة رب ه أِ حدًا

Siapa yang berharap akan pertemuan dengan Rabbnya, Allah, di hari akhirat, dia tidak takut, ketika kita bicara tentang hari perhitungan, kita hanya takut ya Allah, ya nafsi, gerangan apa yang akan terjadi padaku di hari perhitungan, tetapi Allah mengatakan barangsiapa yang mempunyai raja/ harapan untuk berjumpa dengan-Nya. Jadi hal ini memungkinkan, hanya apabila kita kembali kepada Allah dengan qalbu, hati, yang saliim. Hati yang tenang. Artinya hati yang sehat dengan Nur. Jadi ‘man ataa’allaha bi qalbin saliim’ barangsiapa yang menjumpai Allah dengan hati yang saliim, orang seperti itu mempuyai raja/ harapan. Langkah pertama ialah harus membaca Al-Quran halaman demi halaman. Tidak perlu kuatir satu atau dua bulan atau tiga atau empat bulan, bacalah sedikit demi sedikit terus menerus setiap hari. Dan setiap jum’at harus membaca surat Al-Kahfi. Jika anda tertarik untuk mempelajari ilmu akhir zaman, mengenal dunia dimana kita hidup, maka diharuskan membaca surat Al-Kahfi di setiap hari Jumat. Setelah itu perbanyaklah membaca shalawat, kemudian kita dapat mempelajari dunia, dan memahami dunia.

Maka oleh karenanya, tentang solusi apakah untuk menghadapi tantangan itu, bukanlah sesuatu yang penting. Karena di tengah peperangan kita juga dapat menjadi ambulans. Perang nuklir tidak akan mengambil nyawa anda. Allah yang akan mengambil nyawa anda. Jadi jika perang terjadi, dan anda juga bisa menjadi ambulans, itu artinya solusi bukankah perkara penting. Yang paling penting adalah bahwa hati anda harus bersatu-padu, jadi setiap orang melakukan apa yang ia bisa, untuk melawan para penindas, dan kita harus tau apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak perlu dilakukan. Kita harus tau bahwa kita bisa melakukan ini, kita tidak bisa melakukan itu, di masa sekarang ini kita tidak bisa melakukan hal demikian dan hal demikian.

Maka apa yang mesti kita lakukan, dapat dilaksanakan dengan cara yang berbeda-beda. Sebagian orang dapat memulainya dengan mikro khilafah/ kampung muslim, sebagian orang dapat melakukan permakultur, sebagian lainnya dapat menyetok makanan, anda tau, banyak macamnya. Pendapat saya, pendapat saya pribadi, saya tidak peduli dengan perang nuklir. Karena kemanapun saya pergi saya tidak akan mengkhianati Allah dan Rasul-Nya. Jadi jika anda yakin bahwa anda tidak akan mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, dan jika anda harus mati dalam suatu kondisi tertentu, maka anda siap berjumpa dengan Allah.

Tetapi jika seseorang tidak tahu apa-apa sama sekali tentang perkara ini, dia tidak mempelajari akhir zaman, adalah orang yang sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran

ف هلْ يِ نْظُرُو ن إِ لََّ اِلسَا عة أِ نْ تِ أْت ي هُمْ بِ غْت ةً فِِۖ ق دْ جا ء أِ شْ راطُ ها فِِۚ أ نَىَٰ لِ هُمْ إِ ذ ا جا ءتْهُمْ ذكْ راهُمِْ

“Maka apalagi yang mereka tunggu-tunggu selain hari Kiamat, yang akan datang kepada mereka secara tiba-tiba, karena tanda-tandanya sungguh telah datang. Maka apa gunanya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila (hari Kiamat) itu sudah datang?”

(Al Qur’an Surah Muhammad ayat 18)

Jadi inipun seperti itu, tiba-tiba anda terbelalak, ketika yaumu As-Sa’ah, hari kehancuran secara tiba-tiba datang kepada anda dan anda belum mempersiapkan apa-apa untuk itu dan anda juga belum mempersiapkan apa- apa untuk masa yang akan datang untuk berjumpa dengan Allah, dan masa lalu kita menjadi suatu kesia-siaan belaka. Inilah akhir zaman.

Jantungnya akhir zaman adalah Nur. Dan dengan Nur itu kita harus mampu melihat, kita harus mampu mendengar, kita harus mampu berbicara, dan memahami. Dan jika anda berpikir sekarang berapa lama saya bicara? Satu jam setengah? Dalam satu jam setengah saya tidak berbicara tentang adanya suatu cabang ilmu yang spesifik, saya tidak bicara tentang syeikh ini atau syeikh itu, saya bicara Al-Quran, saya bicara Al-Quran dan saya bicara hadits. Dan saya bicara Islam. Jadi tidak ada warna kelompok tertentu atau golongan tertentu. Jadi inilah ilmu akhir zaman.

Ilmu akhir zaman adalah ilmu hadza zaman. Zaman ini. Masa ini. Ilmu pengetahuan tentang zaman kita, hazda zaman. Jadi marilah kita membaca surat Al-Fatihah agar Allah mempersatukan hati kita dan membukakan pintu bagi kita agar dikaruniai kefahaman akan dunia modern ini dan agar kita dapat berjuang bersama-sama. (Al-Faatihah..)

Subhaana Rabbika Rabbil ‘izzati ‘ammaa yushiifuun wa salaamun ‘alal mursaliin walhamduliLlaahi rabbil ‘Alamiin.

 

Print Friendly, PDF & Email

Recommended Posts