Madinah 1343(H): Keluar dari penggorengan Dajjal yaitu Ottoman Turki, lalu Masuk ke Api Dajjal yaitu Wahabi Saudi
10 Tahun dari sekarang, yaitu di Bulan Rabi al Thani 1443, dunia Islam akan memperingati 100 tahun peristiwa perpindahan kekuasaan di Mekah dari Ottoman Turki ke Sultan ‘Abdul Al Aziz ibn Saud’ dari Arab. Pasukan Sultan dari Nejd ini menguasai Mekah di Bulan Rabi al Thani 1443 (30 Oktober 1924) dimana konsekuenasinya adalah ‘Abdul Al Aziz ibn Saud’ memproklamirkan diri sebagai Sultan Nejd dan Raja Hijaz (Mekah dan Medinah).
10 tahun lagi dari sekarang, juga bertepatan dengan 100 tahun dimana Mekah dan Medinah dikeluarkan dari penggorengan Dajjal yaitu Ottoman Turki hanya untuk masuk ke dalam kompor Dajjal yaitu Kerajaan Wahabi Saudi. Agar para pembaca mengingat persekutuan tak tahu malu antara Saudi Arabia dengan aliansi Zionist Anglo Amerika Judeo Nasrani setelah sekian lama mereka kini menjadi sekutu strategis bagi Negara Zionist Israel. Oleh karena itu jelas sudah bahwa mereka bekerja untuk ‘Al Masih ud Dajjal’, yaitu Dajjal Al Masih Palsu atau Anti Kristus. Ini mungkin implikasi dari mimpi Rasulullah (saw) bahwa beliau dalam mimpinya melihat Dajjal melakukan tawaf mengitari Ka’bah. Juga terdapat bukti-bukti bahwa Ottoman Turki juga berperilaku dan bekerja bagi Dajjal selama mereka berkuasa, karena mereka membantu Nasrani ‘Barat’.
Mereka melakukannya dengan terus-menerus melakukan invasi militer selama 600 tahun lebih kepada musuh Nasrani Barat yaitu Nasrani Timur atau Rum di dalam Surah Ar Rum. Ini sesuai dengan agenda Dajjal karena Nasrani Baratlah yang melakukan aliansi dengan Yahudi, dan aliansi inilah penyebab terbentuk Negara Israel. Rum tidak pernah membuat aliansi seperti itu dengan Yahudi! Hasil yang diperoleh adalah timbulnya kebencian yang amat sangat terhadap Islam dari umat Nasrani Timur yang menderita kesengsaraan tanpa keadilan dalam waktu yang lama. Baik Ottoman Turki dan Saudi Arabia secara misterius dan licik, mengacuhkan nubuah Rasulullah (saw) bahwa Muslim di akhir jaman akan beraliansi dengan Nasrani Timur atau Rum. Dengan demikian baik Ottoman Turki dan Saudi Arabia telah memberikan bantuan strategis kepada Dajjal.
Imperium Ottoman menguasai dan menjajah semua tanah Arab – termasuk Hijaz – kemudian mereka memindahkan ibukota Kilafah –untuk pertama kalinya – keluar dari tanah Arab ke kota bekas ibukota Nasrani Timur (Bizantium) yaitu Constantinople (Konstantinopel) di Eurasia. Orang Ottoman tidak memiliki mandat untuk memerintah tanah jantung Islam.
Namun demikian, menurut rencana Dajjal, mereka melakukannya selama 400 tahun sampai revolusi Turki yang didalangi Eropa meruntuhkan pemerintahan Ottoman, mereka menghancurkan institusi Kilafah, dan memasang pemerintah pro Barat di atas Bangsa Arab (termasuk Hijaz). Penghancuran Kilafah yang dilanjutkan dengan pemindahan kekuasaan kepada pemerintahan Arab pro Barat telah mempermudah pendirian Negara Israel di Tanah Suci, di jantungnya dunia Islam. Tanpa penguasaan Jazirah Arab oleh imperialis Ottoman Turki selama 400 tahun, yang diikuti oleh revolusi sekuler (seperti Arab Spring saat ini), Negara Zionist Israel tidak akan pernah bisa didirikan. Sharif Al Husein, Sharif Mekah yang ditunjuk oleh Sultan Ottoman, memang telah mengklaim dirinya sebagai Kalifah, sebagai respon ditiadakannya Kilafah oleh Mustafa Kamal, namun Kilafah Arab ini terlambat untuk didirikan. Inggris kemudian menggunakan ‘Abdul Al Aziz’ ibn Saud untuk menghabisi bayi Kilafah ini dan kemudian menjamin bahwa Kilafah tidak akan bisa didirikan kembali selama Wahabi Saudi menguasai Hijaz. Husein melarikan diri, dan konsekuensi dari penguasaan Hijaz oleh Wahabi Saudi adalah jaminan (dari sudut pandang Inggris) bahwa Kilafah tetap terkubur di dalam sejarah – tidak akan pernah dihidupkan lagi, lihat buku saya yang berjudul , ‘Khilafah, Hijaz dan Negara Bangsa Saudi Wahabi.”
Selama 400 tahun penguasaan Ottoman, Mekah dan Medinah tetap menjadi kota tertutup dan dibatasi hanya sebagai kota tujuan ziarah tahunan (Haji), tanpa memainkan peranan penting di dalam dunia Islam. Namun demikian, ketika Wahabi Saudi mengambil alih Haramein Al Sharifain mereka melancarkan upaya licik pada waktu ibadah Haji tahun 1344 H, untuk mendapatkan legitimasi religius dan keagamaan di dunia Islam atas penguasaan mereka terhadap Hijaz dan Haramein. Upaya mereka ini gagal. Mereka kemudian mengeksploitasi kota Rasulullah (saw), Madinah, dengan mendakwahkan konsepsi Islam baru, berdasarkan epistimologi sebelah mata yang merampok intuisi spiritual cendekiwan Islam atau ‘firasah Al Mu’min’. Madinah menjadi kota pelajar/santri, dengan Universitas Islam Madinah, dengan agenda merubah pandangan Islam baik orang Arab dan non Arab, sedemikian sehingga bahwa pandangan Islam yang kafah hanya ada di Madinah. Namun, pandangan Islam yang ‘kafah’ ini justru menghasilkan cendekiawan Muslim yang tidak bisa memahami perbedaan antara apa yang tampak dengan realitasnya, terhadap apa-apa yang berhubungan dengan Dajjal. Konsekuensinya adalah Saudi Arabia dapat mengubur Kilafah dan terus menjalin hubungan persaudaraan yang manis dengan Zionist Barat tanpa adanya perlawanan dari cendekiawan-cendekiawan Muslim. Bahkan, cendekiawan dan mahasiswa Muslim yang berani menantang agenda Saudi Wahabi yang kini memuncak dengan Dajjal, dapat kehilangan kepala mereka.
Jerusalem Bergerak ke Tengah Panggung Dunia
Selama 6 abad ini, ketika Madinah menjadi kota terbelakang dan terus bersedih dengan perguruan tinggi mata satunya, aliansi Judeo Nasrani Anglo Amerika (yang mengasuh Gerakan Zionist sejak lahirnya) bergerak dengan pasti untuk menjadikan Jerusalem menjadi pusat percaturan dunia. Hal ini dinubuahkan oleh Rasulullah Muhammad (saw):
Mu’adh ibn Jabal berkata: Rasulullah (sallalahu ‘alaihi wa sallam) berkata:
Mekarnya (tersohor) Jerusalem akan terjadi ketika Madinah terpuruk; terpuruknya Madinah akan terjadi ketika perang besar datang; hasil dari perang itu adalah penaklukan Constantinople; dan ketika Constantinople berhasil dikuasai maka Dajjal (Anti Kristus) akan datang (wujud). Dia (Rasulullah) kemudian menepuk paha atau pundak orang yang diajak bicara dan berkata: Ini benar seperti halnya kamu ada disini (maksudanya Mu’aadh ibn Jabal).
(Sunan Abu Daud)
Perang Besar Akan Berujung Pada Penaklukan Konstantinopel
Makalah ini menghadirkan sudut pandang bahwa kita saat ini berada di saat ketika Jerusalem tersohor dan sementara itu Madinah, dalam perbandingan dengan Jerusalem, terpuruk dengan tangisan yang hina, tidak memainkan peranan apapun di dunia Islam maupun di dunia secara keseluruhan. Jika perkiraan ini benar, maka kita saat ini dapat menyatakan bahwa perang besar akan terjadi sebentar lagi. Penulis mengharapkan bahwa peperangan tersebut dapat terjadi beberapa bulan setelah dikeluarkannya tulisan ini. Perang yang akan mengakibatkan perang saudara di Turki ini akan berdampak pada penaklukan Constantinople seperti apa yang telah dinubuahkan Rasulullah (saw), yang tentunya berlawanan dengan pendapat yang menyatakan bahwa nubuah ini sudah terjadi ketika Imperium Ottoman dengan barbar menaklukan Constantinople, sebuah peristiwa yang sangat memalukan bagi Islam. Hanya pada saat penaklukan Constantinople di masa yang akan datang, Islam akan mengembalikan Kathedral Hagia Sopia dengan penuh maaf kepada Nasrani Orthodox Timur dimana nama Constantinople akan digunakan kembali, hanya setelah saat inilah ‘sehari seperti seminggu’ berakhir (lihat Jerusalem di Dalam Al Qur’an) dan Dajjal akan wujud sebagai manusia yang berupaya memerintah dunia dari Jerusalem (lihat Hadist diatas).
Tentunya sulit sekali untuk memprediksai bagaimana perang saudara di Turki akan terjadi. Namun hal ini bisa terjadi ketika militer Turki turut campur dengan pergantian rezim yang terjadi di Suriah saat ini yang termasuk di dalam agenda Zionist, hal ini dapat memicu Muslim di Turki untuk menggulingkan pemerintah Turki saat ini yang pro Zionist NATO. Upaya ini akan dibantu oleh pejuang Islam (bukan mujahidin bayaran Zionist) yang berbondong-bondong masuk ke Turki dari seluruh Jazirah Arab. Dunia akan menyaksikan masuknya pejuang-pejuang Islam ke Turki dari Albania, Bosnia, Azerbaijan dan negara tetangga Turki lainnya. Banyak yang berpendapat bahwa penguasaan Constantinople telah terjadi sehingga memicu kami untuk menjelaskan hal ini kembali secara menyeluruh.
Apakah Penaklukan Constantinople Telah Terjadi?
Rasulullah (saw) menyanjung tentara Muslim yang menaklukan Constantinople, beliau juga menyanjung Amir yang memimpin tentara itu:
“Ketahuilah bahwa kalian (Muslim) akan menaklukan Constantinople. Betapa hebatnya pemimpin kalian, betapa hebatnya pasukan itu!”
(Musnad, Imam Ahmad)
Ketika nasionalis sekuler Turki yang dipimpin oleh Mustafa Kamal menaklukan Constantinople dan melanjutkan pendirian negara sekuler modern Republik Turki di Tahun 1923, mereka memilih nama ‘Istanbul’ sebagai nama resmi kota itu dan melarang penggunaan nama yang lama dan nama yang lain; sebagai konsekuensinya maka nama ‘Konstantinople’ dihapus dari kosakata. Ya memang kata itu kini sudah masuk museum sejarah. Istanbul bukanlah nama baru. Itu adalah nama lama dari beberapa nama yang dulu pernah dipakai untuk kota itu. Namun, nama yang paling dikenal dalam sejarah untuk kota itu tidak lain adalah ‘Constantinople’. Dan pelarangan penggunaan nama ini bertujuan untuk mengubur nama yang terkenal itu. Ada alasan dibalik pelarangan itu dan essay ini akan menjelaskannya.
Sudah menjadi keyakinan masyarakat umum bahwa prediksi Rasulullah (saw) mengenai penaklukan Constantinople sudah terkabul ketika Ottoman Turki dibawah kepemimpinan Sultan Muhammad (Mehmet) Fatih, menaklukan Constantinople. Namun demikian, Hadist tersebut telah jelas bahwa peristiwa penaklukan itu akan terjadi di Akhir Jaman, sebelum kedatangan Anti Kristus atau Dajjal secara wujud sebagai manusia:
Mekarnya (tersohor) Jerusalem akan terjadi ketika Madinah terpuruk; terpuruknya Madinah akan terjadi ketika perang besar datang; hasil dari perang itu adalah penaklukan Constantinople; dan ketika Constantinople berhasil dikuasai maka Dajjal (Anti Kristus) akan datang (wujud). Dia (Rasulullah) kemudian menepuk paha atau pundak orang yang diajak bicara dan berkata: Ini benar seperti halnya kamu ada disini (maksudanya Mu’aadh ibn Jabal).
(Sunan Abu Daud)
Nasionalis sekuler Turki yang realitasnya atheis ini, menginginkan Muslim untuk tidak menyadari bahwa penaklukan Constantinople yang dinubuahkan oleh Rasulullah (saw) ini belum terjadi dan akan terjadi, mungkin inilah satu alasan mengapa mereka mengganti nama kota Constantinople menjadi Istanbul. Rasulullah Muhammad (saw) menggunakan nama Constantinople atau ‘Al Konstantaniyah’ dalam bahasa Arab dalam nubuahnya. Beliau tidak menggunakan nama lainnya. Oleh karena itu ketika nama itu dimasukkan ke museum maka perhatian Muslim tentunya dapat dialihkan.
Kami telah menjelaskan sebelumnya bahwa Jerusalem kini namanya populer, dimana Madinah berada di dalam keterpurukan. Oleh karena itu telah jelas bahwa dunia saat ini berada di ujung perang besar, yang mana, akan memicu terjadinya penaklukan Constantinople oleh Muslim. Penaklukan itu tidak hanya akan menghancurkan negara sekuler Turki namun juga membuang racun Zionist bernama NATO yang kini pangkalan militernya (pembom nuklir strategis dan ICBM strategis) bercokol di Turki.
Kami akan memaparkan bukti lanjutan yang akan menjelaskan penaklukan Constantinople di Tahun 1453 oleh Ottoman Turki yang dipimpin oleh Sultan Mehmet bukanlah penaklukan yang dimaksud oleh Rasulullah (saw).
Mohon diperhatikan hal-hal berikut ini:
Tentara yang menaklukan Constantinople ini terdiri dari beberapa unit. Sebagian terdiri dari sukarelawan yang tertarik untuk menjarah kota itu. Sebagian lain adalah tentara reguler Ottoman yang direkrut dari seluruh wilayah Imperium Ottoman. Namun inti dari tentara ini adalah pasukan khusus yang disebut ‘Janisarri’. Pasukan ini disusun dari anak-anak Nasrani yang diculik dari orang tuanya secara paksa (di wilayah yang dikuasai Ottoman), dan kemudian dipaksa untuk masuk Islam dan dididik secara militer dengan pelatihan yang terbaik. Mereka semua berhutang budi kepada Sultan. Tidak pernah terjadi di sejarah Islam dimana Muslim mempermalukan Islam dengan cara menculik anak-anak Nasrani dan kemudian memaksa mereka masuk Islam dan merubah mereka menjadi mesin perang yang berperang atas nama ‘Islam’. Ini sangatlah biadab, memalukan, dan melanggar perintah Allah di dalam Al Qur’an yang melarang pemaksaan dalam memeluk Islam. Hasilnya adalah kebencian berkelanjutan dari wilayah-wilayah dimana anak-anak ini diculik. Wilayah-wilayah itu adalah wilayah Nasrani Orthodox Timur atau Rum yang dirujuk oleh Rasulullah (saw) mengenai nubuah yang menerangkan Muslim akan beraliansi dengan Rum di Akhir Jaman. Ketika tentara Ottoman berhasil mengalahkan pertahanan Constantinople, dan mereka masuk ke dalam kota sebagai penakluk, apa yang terjadi selanjutnya adalah, “pembantaian, penjarahan, perampokan, pemerkosaan, dan perbudakan”. Ini adalah cara militer dalam menguasai kota taklukan, dan mungkin masih terjadi sampai sekarang, namun ini bukanlah cara-cara Islam yang menghormati dan melindungi nyawa anak-anak, orang tua, wanita dan mereka-mereka yang hidupnya hanya beribadah seperti para pendeta dan patriach. Termasuk gereja dan katedral tidak luput dengan aksi biadab mereka yang bahkan memerkosa dan membunuh di dalam gereja. Sultan memberikan ijin aksi tak mengenal batas ini untuk berlanjut selama 3 hari berturut-turut. Dia tidak perduli bahwa Constantinople adalah ibukota Bizantium (Nasrani Timur atau Rum). Perilaku sadis ini yang mencoreng nama Islam hingga saat ini.
Perilaku Sultan sendiri ketika memasuki kota juga tak kalah bejatnya. Dia tanpa tahu malu memerintahkan Katedral Agung “Hagia Sophia” yang telah dibangun selama 1000 tahun oleh Kaisar Justinian untuk dirubah menjadi Masjid (Masjid Biru/Blue Mosque).
Ketika Muslim menaklukan Jerusalem pada masa Kalifah Umar bin Kahttab (ra), Patriach Jerusalem, Sophronius, menolak untuk memberikan kunci kota Jerusalem kecuali kepada Kalifah secara pribadi. Umar (ra) harus datang ke Jerusalem untuk menerima kunci itu. Ketika ditemani Sophronius untuk melihat-lihat Gereja Kebangkitan, dan waktu shalat tiba, Sophronius mengajak Umar (ra) untuk shalat di dalam gereja, dimana Umar (ra) menolaknya karena takut akan dijadikan dasar bagi Muslim dalam merubah gereja menjadi Masjid. Apa yang dilakukan Ottoman dalam merubah Hagia Sophia menjadi Masjid bukanlah hal yang biasa. Hagia Sophia adalah Katedral terbesar di seluruh dunia Nasrani. Status itu telah melekat selama 1000 tahun. Dengan merubahnya menjadi Masjid, Sultan tidak hanya mempermalukan Islam namun juga menaruh racun kebencian kepada Nasrani Bizantium yang tidak pernah akan terlupakan. Mungkin pemimpin-pemimpin Muslim boleh merubah gereja menjadi Masjid, namun mereka tentunya bukanlah Amir yang disanjung oleh Rasulullah (saw).
Kita juga harus mencatat bahwa Sultan Ottoman tidak pernah menikah – karena mereka tidak ingin terbelenggu oleh hak yang diberikan Islam kepada wanita (Istri) dan anak-anak dalam hal kekayaan. Sehingga para Sultan ini tidur dengan pembantu wanita (budak). Islam membatasi suami hanya diperbolehkan memperistri 4 orang wanita, namun tidak ada pembatasan mengenai berapa jumlah pembantu wanita yang boleh ia miliki. Sehingga para Sultan Ottoman memiliki beribu-ribu pembantu wanita yang disebut “Harim”.Wanita-wanita ini diambil dari wilayah-wilayah Nasrani yang ditaklukan. Mereka tidak memiliki hak apapun. Rasulullah (saw) memerintahkan: berikan makan kepada pembantumu apa-apa yang kau makan, berikan pakaian kepada pembantumu apa-apa yang kau kenakan!” Sultan-sultan Ottoman akan meniduri semua harimnya, jika salah satu dari mereka mengandung, maka dia akan memutuskan hubungan seksual dengannya, untuk menghindari agar dia tidak bisa mengandung anak lagi, ini supaya anak yang pertama tadi tidak akan memiliki rival mengenai kedudukan dan tahta. Rasulullah (saw) mengatakan bahwa perkawinan adalah separuh dari iman, sehingga perilaku para Sultan ini tentunya akan mendapatkan kecaman dari Beliau.
Sehingga menjadi jelas bagi kami bahwa Sultan Muhammad Fatih bukanlah Amir yang disanjung Rasulullah (saw) ketika beliau memprediksikan bahwa tentara Muslim akan menaklukan Constantinople; dan tentaranya Fatih juga bukanlah tentara yang layak dapat sanjungan dari Beliau. Implikasinya adalah bahwa penaklukan Constantinople ini belum terjadi, dan kami mengajak para pembaca untuk lebih meneliti permasalahan ini secara mendalam untuk menyimpulkan sendiri.
Madinah Kembali Menjadi Pusat Dunia
Essay ini juga akan memaparkan argumen dan bukti-bukti bahwa sebentar lagi Madinah akan dibebaskan dari kota perguruan tinggi Wahabi Saudi yang terpuruk menjadi pusat permasalahatan dunia, dan ini tentunya akan menghangatkan hati Muslim di seluruh dunia. Inti dari thesis ini adalah Hadist Rasulullah (saw) bahwa bangsa Arab akan dilanda epidemik (penyakit menular):
Auf bin Malik berkata: Saya menemui Rasulullah pada saat Perang Tabuk ketika Beliau berada di tendanya. Rasulullah (saw) berkata, “Sebutkan 6 tanda yang menandakan Akhir Jaman: kematianku, penaklukan Jerusalem, wabah yang akan menimpa kalian (dan membunuh kalian) seperti wabah yang menimpa ternak, penumpukkan harta sedemikian sehingga jika seseorang diberikan 100 Dinar dia tidak akan puas, penderitaan yang tidak bisa dihindari orang Arab, aliansi antara kalian dan Banu Al Asfar (Rum=Bizantium=Russia) yang akan mengkhianati kalian dan menyerang kalian dengan 80 bendera. Satu bendera terdiri dari 12000 prajurit.
(Shahih Bukhari)
Abdullah bin Amr berkata bahwa Rasulullah berkata:”Akan terjadi malapetaka yang akan membantai orang-orang Arab. Mereka akan masuk neraka. Lidah mereka lebih tajam dari pedang.”
(Tirmidhi, Ibn Majah)
Ada bukti mengenai ‘Revolusi Arab/Arab Spring’ yang terjadi satu tahun lalu, seperti halnya revolusi yang mendahuluinya 100 tahun lalu, didalangi oleh Eropa Judeo Nasrani, yang membuka jalan untuk pembantaian Bangsa Arab agar dominasi Israel di bidang politik dan ekonomi atas Jazirah Arab dapat tercapai. Sudah dapat dipastikan bahwa Zionist akan mempergunakan senjata biologi pemusnah massal, seperti apa yang telah diprediksikan Rasulullah (saw), yang akan mengurangi populasi Arab secara signifikan. Ada Hadist yang menyatakan bahwa wabah maupun Dajjal tidak dapat masuk ke Madinah:
Abu Huraira (ra) berkata: Rasulullah (saw) berkata: Malaikat menjaga pintu masuk Madinah. Wabah dan Dajjal tidak dapat memasukina.
(Shahih Bukhari)
Pandangan kami dan Allah SWT lebih tahu, inilah Hadist yang memberitahu kita mengenai serangan berbentuk wabah yang akan dilakukan Zionist (atas nama Dajjal) kepada Bangsa Arab. Maka kesimpulan kami adalah bahwa Mekah dan Madinah akan memainkan peranan penting saat serangan itu terjadi dimana hanya Mekah dan Madinah satu-satunya kota yang melindungi Bangsa Arab dari wabah ketika serangan biologi itu terjadi.
Namun Madinah, kota santri itu, akan memainkan peranan yang jauh lebih penting daripada Mekah, sebuah peranan yang akan membuat malu Wahabi Saudi mengenai konsepsi Islam yang mereka paksakan selama ini.
Madinah Akan Melampaui Mekah
Setelah Israel melancarkan perangnya maka banyak orang Arab yang akan mencari perlindungan di Mekah dan Madinah. Mungkin seseorang sudah dapat mengambil kesimpulan bahwa tulisan ini akan memicu perpindahan itu pada saat ini, bahkan sebelum serangan Zionist dilakukan. Bangsa Arab memang akan melakukan itu karena mereka memang sadar akan Hadist ini. Ketika kerumunan Arab berada di Mekah maupun di Madinah dalam mencari perlindungan agar selamat dari serangan biologi itu, tentunya akan terjadi reaksi di antara mereka, di antara mereka yang hatinya Islam dan mereka yang Islamnya melayani Dajjal.
Mudah sekali untuk mengenali Arab yang melayani Dajjal karena merekalah yang mendukung intervensi NATO di Libya untuk menggulingkan rejim Libya, dan merekalah saat ini yang menabuh genderang perang Israel, Turki dan NATO terhadap Suriah dan Iran. Mereka melupakan Al Qur’an yang melarang Muslim untuk bergabung dengan aliansi Judeo Nasrani (Al Maidah 5:51) yang juga melarang perang yang tidak adil meskipun untuk tujuan yang baik!
Reaksi spontan yang terjadi di Madinah ditakdirkan untuk memainkan peranan penting yang akan menyingkap kepalsuan konsepsi Islam kafah Wahabi Saudi. Rasulullah (saw) memprediksikan yang berikut ini:
Tidak ada kota yang dapat dimasuki Dajjal kecuali Mekah dan Madinah. Tidak ada gerbang di Madinah dan Mekah yang tidak dijaga Malaikat dalam barisan. Lalu, Madinah akan bergejolak 3 kali, hasilnya adalah Allah akan mengeluarkan dari Madinah setiap orang kafir dan munafik.
(Shahih Bukhari)
Anas Ibn malik berkata: Rasulullah (saw) berkata): Tidak ada kota yang tidak dapat dimasuki Dajjal kecuali Mekah dan Madinah. Gerbang Mekah dan Madinah dijaga Malikat dalam barisan. Dajjal akan berkemah di gurun yang bergaram, lalu Madinah akan bergejolak 3 kali, lalu setiap kafir dan munafik akan keluar dari sana dan bergabung dengan Dajjal. Dengan berita dan rantaian yang sama dia juga berkata: Dajjal akan datang ke gurun bergaram di Juruf dan berkemah di sana. Dan dia juga berkata: dan kemudian setiap laki-laki munafik dan perempuan munafik akan keluar dari Madinah untuk bergabung dengan Dajjal.
(Shahih Muslim)
Abu Huraira berkata: Rasulullah (saw) berkata: Al Masihud Dajjal akan datang dari Timur, menuju ke Madinah, dia akan berkemah di belakang Uhud. Kemudian Malaikat akan menyebabkannya berpindah dan menyerang Sham (Utara Suriah), Dajjal akan mati di sana.
(Shahih Muslim)
Hadist-Hadist ini menyatakan bahwa akhirnya Israel akan menyerang Hijaz (Mekah dan Madinah). Pada saat itu terjadi maka Dajjal adalah seseorang yang menjadi pemimpin Negara Yahudi itu. Mungkin Israel menyerang Madinah karena mereka berkeyakinan bahwa Madinah juga merupakan wilayah Tanah Suci, karena mereka dulu juga banyak yang bermukim di Madinah. Ketika kekuatan Israel berkemah di dekat Madinah semua Muslim pendukung Zionist akan keluar dari Madinah untuk bergabung dengan mereka. Gejolak 3 kali di Madinah adalah 3 pemberontakan Islam yang akan mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh penjuru bumi.
Sebagai tambahan tentu saja anda memahami fenomena di mana tikus-tikus meninggalkan kapal yang akan tenggelam. Namun kapal Madinah ini tidak akan tenggelam. Malaikat akan menjaga Madinah dari setiap serangan, sampai ketika Dajjal putus asa dan menuju ke Damaskus untuk membunuh Nabi Isa (as), Al Masih yang asli yang akan turun secara dramatis dari langit untuk membunuh Dajjal Mesiah Palsu. Sangatlah menyenangkan hati setiap Muslim yang beriman ketika ia mengetahui bahwa Madinah akan memainkan peranan penting lagi di Akhir Jaman baik di dunia Islam dan dunia Internasional, terlebih karena peranannya itu yang memisahkan Muslim yang kafir dan munafik karena mereka menjilat pantat aliansi Yahudi Nasrani Anglo Amerika dari Muslim yang beriman.
Betapa indahnya hari itu ketika para Malaikat mensucikan Madinah, kota Rasulullah (saw), menjaga kota itu dan mengalihkan serangan Dajjal ke Damaskus. Sesorang mungkin penasaran berapa sarjana Wahabi Saudi yang masih tersisa di Universitas Islam Madinah, jika memang masih ada, setelah Madinah bergejolak 3 kali. Semoga Allah menguatkan para cendekiawan Muslim yang ikhlas kepada Islam di Arab Saudi sehingga mereka bisa bergerak sebelum Madinah bergejolak 3 kali. Amin!
(Kami berhutang budi kepada Dr. Tammam Adi di dalam menterjemahkan Hadist-Hadist di atas ke Bahasa Inggris. Kami juga berhutang budi kepada teman kami dan saudara kami, Muhammad Alamgir di Sydney, yang membaca draft essay ini pertama kali dan mengingatkan peranan Dajjal di dalam Imperium Ottoman dalam menghancurkan Kilafah Islam).
*Imran N. Hosein – 21 Rajab 1433