Peran Al Mutawasimin Di Akhir Zaman

Kebeningan hati sebagai buah riyadhah dari berbagai bentuk ibadah yang penuh kesungguhan menghadap Allah Ta’ala dan bunga dari Islam dan Iman yang menjelma menjadi Ihsan merupakan prasyarat bagi mendaratnya Nur Ilahi.

Hati yang penuh dengan Kalimah Allah, penuh Bacaan Al Qur’an, penuh Asma Allah, senantiasa terjaga dari kefasikan, kemungkaran, dan kemaksiatan. Hati yang seperti itulah yang berhak mendapatkan Cahaya Ilmu dan Cahaya Petunjuk dari Allah Ta’ala dan dapat merasakan getaran halus kecenderungan pada kebenaran.

Dari hati seperti itulah pula yang akan tumbuh bermekaran ilmu pengetahuan internal yang datang dari Allah Ta’ala, yang akan menembus batas dinding fisik material dari mata eksternal. Dari hati seperti itulah pula akan muncul dan tumbuh firasat-firasat kebenaran yang terbimbing oleh Cahaya-Nya.

Dalam Al Qur’an Surah Al Hijr ayat 75, Allah SWT menyebut kata Al Mutawassimin, yang oleh para ahli tafsir diartikan sebagai orang yang memiliki firasat yang tajam, sehingga mampu melihat sesuatu di balik tanda-tanda yang tampak.

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang Al Mutawassimin.

Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar mengatakan bahwa orang-orang Al Mutawasimin adalah mereka yang dapat melihat gerak gerik suasana dan perubahan zaman. Mereka dapat mendeteksi apa yang akan terjadi, sehingga selalu waspada dan melakukan berbagai upaya antisipasi.

Semakin jernih hati seseorang, semakin tajam penglihatan mata batin (bashirah) internalnya. Orang-orang Al Mutawassimin dapat mendeteksi berbagai macam penyimpangan di saat sebagian besar orang menganggapnya sebagai kebenaran.

Firasat dari orang-orang Al Mutawassimin akan mampu menembus batas dan mengungkap berbagai fenomena aneh yang terjadi di berbagai penjuru dunia saat ini. Mereka tak kan tertipu oleh berbagai macam tipu daya tingkat tinggi yang dilancarkan secara masif, terstruktur, dan sistematis.

Terlebih khusus yang berhubungan dengan berbagai fenomena yang terjadi di jantung dunia yang merupakan titik poros akhir zaman dan salah satu kiblat orang-orang beriman, yakni Kota Suci Baitul Maqdis yang kini tengah menjadi pusat perhatian dunia, beserta kemunculan berbagai tanda Nubuwwah yang satu persatu kian terungkap.

Berbagai peristiwa yang mengiringi upaya aktor fasad (kerusakan) terbesar sepanjang sejarah kehidupan manusia yang dalam Al Qur’an disebut sebagai Ya’juj dan Ma’juj yang membawa orang-orang Yahudi kembali ke Tanah Suci (QS Al Anbiya: 96), sebagai tanah yang dijanjikan menurut klaim mereka, dengan sangat mudah bisa dideteksi dan difahami sesuai dengan tuntunan Nubuwwah Rasulullah SAW.

Fenomena agresi dan penguasaan berbagai wilayah Muslim dan wilayah penentang mereka lainnya, yang dilancarkan secara brutal membabi buta, fenomena diamnya hampir seluruh negara Muslim di seluruh dunia, fenomena munculnya wabah yang menyapu seluruh dunia, merupakan tanda-tanda yang akan bermuara pada kemunculan tatanan dunia baru yang akan dipimpin oleh Al Masih Palsu (Al Masih AdDajjal).

Maulana Syeikh Imran Nazar Hosein merupakan salah satu ulama yang dianugerahi ketajaman firasat dan mata internal. Beliau memiliki pandangan bahwa dalam menyikapi eskalasi politik, ekonomi, dan moneter saat ini, perlu diwaspadai akan datangnya perang besar (Al Malhamah Kubro) yang berupa perang nuklir antara kekuatan Barat (Eropa, AS, Israel, dan sekutunya) dan kekuatan Timur (Rusia, China, dan sekutunya).

Selain itu, dalam konteks sistem moneter akan terjadi perubahan dramatis. Mata uang Dollar akan segera runtuh dan sistem uang fiat kertas akan berganti menjadi satu sistem baru berbasis digital yang akan dijadikan sebagai “jurus pamungkas” bagi Ya’juj dan Ma’juj untuk menguasai, menindas, dan mengendalikan manusia di seluruh dunia melalui perangkat digital, seperti smartphone, chip, dan sejenisnya.

Di sisi lain, sebagai orang beriman yang dianugerahi firasat imaniyah, Syeikh Imran Nazar Hosein menyatakan bahwa kerusakan yang dibawa oleh Ya’juj dan Ma’juj saat ini telah menyerupai bahkan melebihi kerusakan yang dibuat oleh kaum-kaum terdahulu seperti, kaum ‘Ad, kaum Tsamud, kaum Luth a.s. (Sodom), kaum Ayub a.s., dan lainnya, sehingga akan mendapatkan azab yang sangat pedih pada saatnya tiba.

Firasat keimanan seperti inilah yang sangat dibutuhkan oleh orang-orang beriman di akhir zaman saat ini. Firasat yang membimbing pada jalan lurus dan jalan keselamatan di dunia dan di akhirat. Firasat yang dapat dengan jelas membedakan dan memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Firasat yang harus diwaspadai!

Ingat selalu pesan Rasulullah SAW, “Hati-hatilah (pertimbangkanlah) firasat orang (yang benar-benar) beriman, karena ia melihat dengan Nur Allah.” (H.R. Tirmidzi).

Seorang alim yang beriman dan jernih hatinya serta dianugerahi firasat, dapat melihat fitnah (ujian, kekacauan, keanehan, dan sejenisnya ) pada saat sebelum terjadi. Sedangkan orang jahil yang kufur dan tidak dianugerahi firasat, hanya dapat melihat fitnah setelah terjadi.

 

Wallahu a’lam bishshowab.

Agus Santoso, Pemerhati Eskatologi Islam

Recommended Posts