Sungai Eufrat dalam Al-Qur’ān & Kehadiran Pax Judaica

بسم الله الرحمن الرحيم

اللهم صل على سيدنا محمد الذي هو أبهى من القمر التام وأكرم من السحاب المرسلة والبحر الخضم

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk menganugerahkan berkah-Mu atas namaku kepada Nabi Muhammad ﷺ, yang lebih mulia daripada bulan purnama dan lebih murah hati daripada awan yang menggelayut dan lautan yang menggelora.”

Minyak pertama kali ditemukan di dekat lembah Sungai Eufrat di Irak pada tahun 1927. Penemuan ini mendahului penemuan serupa di Semenanjung Arab. Kesuksesan upaya eksplorasi ini memicu minat perusahaan minyak Barat untuk melanjutkan eksplorasi minyak di wilayah-wilayah geologis yang serupa di Arabia. Dalam tahun-tahun berikutnya, serangkaian penemuan mengonfirmasi potensi ini, mengubah wilayah tersebut menjadi salah satu zona minyak terkaya di dunia. Dalam esai ini, saya menyajikan penjelasan yang menurut saya belum pernah dieksplorasi sebelumnya, dan saya dengan hangat mengundang komentar dan kritik yang konstruktif.

Setelah Perang Dunia II, dolar AS menjadi mata uang dominan dunia yang disahkan oleh Sistem Bretton Woods dan Dana Moneter Internasional (IMF). Ketika Presiden Nixon memutuskan untuk menghapus standar emas pada tahun 1971, hal tersebut mengancam kredibilitas dolar AS dan defisit AS mulai meningkat. Perang Arab-Israel 1973, sebagai konflik keempat dari yang sejenis, untuk pertama kalinya menjadikan minyak sebagai senjata politik – ketika negara-negara Arab produsen minyak secara bulat memutuskan untuk memangkas produksi minyak dan memberlakukan embargo terhadap negara-negara yang mendukung Israel, dengan Amerika Serikat sebagai yang paling penting di antaranya. Henry Kissinger, dengan sudut pandangnya mata satunya, berhasil meyakinkan Arab Saudi untuk ikut dalam kesepakatan ini, karena Arab Saudi memprioritaskan mempertahankan status politik dan militernya di Timur Tengah di atas segalanya.

Petrodollar pun lahir, dengan cara yang fasik, empat puluh enam tahun setelah penemuan minyak di wilayah tersebut – dengan Arab Saudi setuju untuk menjual minyak dengan dolar AS dan menginvestasikan kembali dolar tersebut ke dalam ekonomi AS melalui transaksi berbasis riba dengan membeli obligasi AS. Sebagai imbalan, AS menjanjikan keamanan rezimnya dan perlindungan militer. Proses historis ini telah diramalkan oleh Nabi Muhammad ﷺ ketika beliau mengatakan bahwa Sungai Eufrat akan menyingkap gunung emas. Ada makna lebih dalam dari nubuat tersebut, yang menjadi tema utama esai ini dan dijelaskan di bawah ini. Namun, pada tahap ini, kita akan melihat Sungai Eufrat dan berusaha menguak signifikansi geopolitiknya. Dalam Al-Qur’ān yang Suci, Allah berfirman dalam ayat ke-53 Surah Al-Furqan:

وَهُوَ ٱلَّذِی مَرَجَ ٱلۡبَحۡرَیۡنِ هَـٰذَا عَذۡبٌ فُرَاتٌ وَهَـٰذَا مِلۡحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَیۡنَهُمَا بَرۡزَخًا وَحِجۡرًا مَّحۡجُورًا

Dialah Allah yang menyatukan dua entitas air. Yang pertama mengandung air tawar yang segar (apakah ini Furat, yaitu Sungai Eufrat?), dan yang kedua, yang disatukan dengannya, adalah air asin dan getir. Dia menempatkan di antara kedua jenis air ini sebuah Barzakh (sesuatu yang berfungsi sebagai penghalang dan mencegah air yang ada di kedua jenis air tersebut berubah sifatnya). Barzakh ini juga dijelaskan sebagai sesuatu yang mustahil untuk dilampaui atau diatasi.

Apakah air tawar nan segar yang disebutkan dalam ayat suci ini merujuk pada Sungai Eufrat?

Faktor yang memperkuat identifikasi tersebut, selain nama Arab ‘Furat’ yang juga digunakan oleh Nabi Muhammad ﷺ untuk menggambarkan Sungai Eufrat, adalah bahwa ayat suci tersebut menekankan bahwa kedua entitas tersebut secara fisik berada di dunia ini, karena Allah menggunakan kata ‘Hadha’ untuk mengidentifikasinya. Hal ini membedakannya dari ungkapan metaforis yang memerlukan interpretasi, seperti yang terdapat dalam ucapan Nabi Musa عليه السلام yang menggambarkan lokasi di mana ia akan bertemu dengan orang paling berilmu di antara semua manusia – Khidr عليه السلام, yaitu di pertemuan dua lautan (Surat al-Kahf Ayat 61-62), yang diinterpretasikan oleh Imam Baidawi sebagai lautan ilmu yang diperoleh secara eksternal dan lautan ilmu yang diterima secara internal.

Al-Qur’ān yang Suci selanjutnya mengidentifikasi dua entitas air ini sebagai bagian dari di dunia ini, ketika disebutkan bahwa manusia akan dapat mengekstraksi mutiara dan karang sebagai hasil pertemuan keduanya, dan Barzakh atau apa yang berada di antara kedua entitas air ini akan menjaga komposisi air yang berbeda-beda tetap utuh. Namun, apakah Barzakh atau penghalang ini merupakan dinding yang tak terlihat/transparan ataukah bendungan beton? Apakah itu gunung yang memisahkan kedua entitas air ini? Al-Qur’ān yang Suci menjawab pertanyaan ini dalam Surah Ar-Rahman – Barzakh juga merupakan entitas air:

مَرَجَ ٱلْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ

بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌۭ لَّا يَبْغِيَانِ

فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

يَخْرُجُ مِنْهُمَا ٱللُّؤْلُؤُ وَٱلْمَرْجَانُ

فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Dia menempatkan dua jenis air yang bersatu, namun tetap menempatkan penghalang di antara keduanya untuk menjaga komposisi airnya. Penghalang ini termasuk di antara nikmat besar Allah. Dari kedua jenis air tersebut (yaitu air tawar dan air asin), manusia dapat mengambil mutiara dan karang. Hal ini juga termasuk di antara nikmat besar dari Allah.

Karena mutiara terbentuk akibat adanya substansi iritan dalam air asin, mutiara tidak dapat secara alami terbentuk di sumber air tawar. Al-Qur’ān yang suci menjelaskan bahwa air dari Sungai Eufrat bertemu langsung dengan air dari laut kedua di tempat yang disebut ‘Barzakh’, dan mutiara terbentuk karena pertemuan langsung komposisi air yang berbeda-beda ini, tepat di ‘Barzakh’ yang juga merupakan entitas air lainnya. Dengan demikian, ‘Barzakh’ termasuk di antara banyak nikmat Allah dalam Surah Ar-Rahman, yang memfasilitasi pembentukan mutiara. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun secara geografis tampak sebagai satu aliran air, Allah Yang Maha Mulia memisahkan Sungai Eufrat yang airnya tawar dari ‘Barzakh’ sebelum bertemu dengan entitas air kedua yang asin.

Perbedaan penting ini, yang disebabkan oleh adanya ‘Barzakh’, semakin diperkuat dalam ayat ke-12 Surah Al Fatir, yang menjelaskan bahwa dua entitas air yang terpisah diciptakan untuk kepentingan umat manusia; yang akan dimanfaatkan oleh umat manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sebagai rute pelayaran yang penting. (Surah Al Fatir, Ayat 12):

وَمَا يَسْتَوِى ٱلْبَحْرَانِ هَـٰذَا عَذْبٌۭ فُرَاتٌۭ سَآئِغٌ شَرَابُهُ وَهَـٰذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ ۖ وَمِن كُلٍّ تَأْكُلُونَ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُونَ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا ۖ وَتَرَى ٱلْفُلْكَ فِيهِ مَوَاخِرَ لِتَبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِهِۦ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Kedua perairan tersebut tidaklah sama. ‘Sungai Eufrat ini’ (yaitu yang ada di dunia ini) adalah air tawar dan mengandung air minum yang layak, tetapi yang lain (yang bersatu dengannya) adalah air asin dan getir. Meskipun dari kedua perairan ini kalian dapat memakan hidangan laut yang lezat dan mengambil perhiasan untuk dipakai, kalian juga dapat menyaksikan kapal-kapal berlayar di perairan yang kedua. Hal ini telah diatur agar kalian semua mencari karunia Allah dan bersyukur kepada-Nya.

Untuk mengidentifikasi wilayah perairan kedua di mana kapal-kapal berlayar, kita harus mencari laut yang digunakan sebagai rute perdagangan penting oleh manusia. Baik Sungai Tigris maupun Euphrates bermuara ke Teluk Persia yang asin. Identifikasi kedua sungai tersebut sebagai Euphrates dan Teluk Persia hanya akan tetap valid jika terdapat wilayah perairan di antara keduanya yang menjaga komposisi airnya tetap utuh. Perairan di antara Eufrat dan Teluk Persia juga harus menjadi tempat di mana mutiara terbentuk secara alami akibat percampuran air tawar dari Eufrat dengan air asin dari Teluk. Yang disebut oleh orang Arab sebagai ‘Shatt-Al-Arab’ dan yang disebut oleh orang Persia kuno sebagai ‘Arvand Rud’ memenuhi dua deskripsi geografis Barzakh dalam Al-Qur’ān.

Kini kita harus mengajukan pertanyaan paling penting – Mengingat Allah telah menjelaskan bahwa fungsi Barzakh adalah memisahkan air tawar yang ada di sungai eufrat dari air asin di teluk persia, mengapa Allah menggambarkan Barzakh sebagai penghalang yang tak tertembus atau Hijran Mahjuran, jika Barzakh juga merupakan entitas air – di mana air dari sungai dan laut dapat dengan mudah menembus, masuk, dan bercampur untuk membentuk mutiara? Penjelasan Ilahi tentang Barzakh sebagai ‘Hijran Mahjuran’ mengandung makna eskatologis dari Shatt-Al-Arab!

Nabi Muhammad ﷺ menjelaskan bahwa akan terjadi sebuah perang besar untuk gunung emas yang akan tersingkap oleh Sungai Eufrat. Sifat perang tersebut sedemikian rupa sehingga sembilan dari sepuluh atau sembilan puluh sembilan dari setiap seratus pejuang yang berperang akan tewas. Lautan minyak di bawah sungai eufrat telah berfungsi sebagai gunung emas tersebut sejak kelahiran Petrodollar. Kehadiran cadangan minyak dan pelabuhan laut di Teluk Persia saat ini menjadikannya titik ekspor minyak terpenting di dunia. Saat saya menulis esai singkat ini, Iran baru saja merespon dengan menyerang pangkalan udara Amerika Serikat di Qatar, sebagai respons terhadap serangan Amerika terhadap tiga fasilitas nuklirnya dua hari sebelumnya.

Dalam beberapa waktu ke depan, Iran kemungkinan akan dipancing oleh Israel untuk menutup Selat Hormuz dengan tujuan memberikan pukulan telak terhadap dolar AS. Langkah tersebut akan memaksa Trump untuk memindahkan kekuatan militer lautnya yang berada di Teluk Persia ke Selat Hormuz guna mengamankan wilayah tersebut. Jika Trump berhasil di Teluk Persia, Rusia dan China pun tentu saja akan secara tegas turut campur atas permintaan Iran untuk membebaskan selat tersebut dari kendali militer Amerika. Rusia dengan bijak menyadari bahwa konfrontasi akhir dengan NATO tak terhindarkan. Oleh karena itu, sejak dimulainya perang Iran-Israel, Rusia telah memperkuat operasi militer khusus di wilayah Donetsk untuk menunda atau menggagalkan tujuan jahat Zionis NATO tersebut. Namun, jika NATO memilih untuk meningkatkan konflik Ukraina di tengah situasi yang semakin tegang antara Rusia dan AS di Timur Tengah, konflik besar akan berpotensi memicu konfrontasi nuklir di Teluk Persia, dan Allah yang Maha Tahu!

Eskatologi Islam menempatkan kita pada posisi yang unik untuk mengantisipasi apa yang akan dikejar Israel secara bersamaan, seiring peristiwa-peristiwa yang sedang bergerak menuju momentum perang besar di mana Israel berupaya menggantikan Amerika Serikat dalam urusan dunia global. Oleh karena itu, Israel memiliki kewajiban dalam mewujudkan visinya akan Negara Adidaya Israel (The Greater Israel). Setelah melemahkan angkatan udara Suriah pada awal tahun ini, Irak tetap menjadi tantangan terakhir bagi Israel untuk memperluas kekuasaannya hingga Sungai Eufrat. Sama seperti air yang mengalir dari Sungai Eufrat ke Teluk Persia melalui Shatt-Al-Arab, minyak dari Irak mengalir melalui pipa ke kilang-kilang di dekat Shatt, dari sana minyak tersebut masuk ke saluran air dan menuju Teluk Persia.

Hal ini menjadikan Shatt sebagai titik strategis ekonomi bagi Irak, yang tidak memiliki akses langsung lain ke Teluk Persia untuk mengekspor minyaknya. Konflik militer yang meningkat di Teluk Persia menjadikan kilang-kilang minyak dan pelabuhan besar lainnya yang terletak di sepanjang wilayah tersebut sebagai sasaran strategis selama perang. Akibat Malhama (Perang Besar), gangguan atau penurunan kapasitas ekspor minyak oleh negara-negara Teluk Persia akan secara strategis meningkatkan pentingnya cadangan minyak darat Irak. Karena Allah telah memasukkan ‘Barzakh’ di antara nikmat-Nya yang besar dalam Surah Ar-Rahman, kami para pelajar eskatologi Islam dapat mengantisipasi bahwa Israel tidak dapat mengendalikan Barzakh secara langsung karena kedekatannya dengan Iran dan pasti akan gagal jika mencoba melakukannya. Hal ini menjadikannya sebagai penghalang yang tak tertembus atau Hijran Mahjuran – signifikansi geo-strategisnya dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Anugerah Ilahi atas Barzakh akan membatasi prospek Pax Judaica untuk sepenuhnya mendominasi wilayah tersebut.

Perang Iran-Irak yang berlangsung selama delapan tahun, yang dimulai ketika Saddam Hussein merebut Shatt-Al-Arab, menjadi bukti bahwa setiap upaya untuk menguasai Barzakh yang diberkati oleh Allah, alih-alih berbagi dengan Iran, akan gagal dan menimbulkan beban ekonomi jangka panjang bagi para pelaku Fasad (perilaku yang tidak suci). Beban ekonomi ini menyesatkan Saddam untuk akhirnya menyerang Kuwait pada tahun 1990, ketika ia memberikan dalih bagi AS untuk campur tangan dan mendirikan pangkalan-pangkalan militernya di sepanjang negara-negara Teluk Persia – untuk menjaga rute ekspor minyak Teluk Persia, yang saat ini berfungsi sebagai inti dari sistem moneter Petrodollar.

Hari ini, meskipun perang besar belum dimulai, Eskatologi Islam menawarkan dua poin panduan yang sangat penting bagi negara-negara Muslim di Teluk Persia:

  • Nabi ﷺ memerintahkan agar siapa pun yang hadir saat perang besar terjadi, janganlah ia mengambil emas yang tersingkap oleh Sungai Eufrat: فَمَنْ حَضَرَهُ فَلاَ يَأْخُذْ مِنْهُ شَيْئًا

Eskatologi Islam mengidentifikasi Israel dan peradaban Barat modern sekuler sebagai Yakjuj dan Makjuj. Pernyataan Nabi di atas, jika dilihat dalam konteks situasi saat ini, dapat berarti bahwa siapa pun yang berada di Teluk Persia, tempat perang besar akan dimulai, tidak boleh ikut serta dalam perang di pihak Amerika Serikat dan Israel untuk menguasai Selat Hormuz. Terlepas dari apakah penjelasan kita tentang pernyataan Nabi ini benar atau tidak, hal ini tetap merupakan nasihat strategis dan valid untuk disarankan kepada negara-negara Arab Muslim yang berada di sepanjang Teluk Persia, agar tidak menjadikan Yakjuj dan Makjuj sebagai sekutu atau aliansi dalam perang mereka melawan Iran. Hadis tersebut menubuatkan bahwa sembilan dari setiap sepuluh pejuang akan tewas. Mematuhi nasihat ini pasti akan membatasi kerugian nyawa, kerusakan infrastruktur, dan membantu mengurangi biaya besar yang timbul akibat perang dengan Iran.

Yang lebih penting, perintah ini juga mencakup pengakuan akan kemungkinan intervensi Rusia di Teluk Persia terhadap upaya Amerika Serikat untuk mengamankan Selat Hormuz – yang seharusnya dipandang sebagai bantuan militer dan dukungan Rusia bagi dunia Islam. Rusia oleh karena itu tidak akan berperang untuk menguasai Selat Hormuz seperti Barat, melainkan untuk memulihkan tatanan global dan regional. Singkatnya, implikasi langsung dari perintah nubuah ini adalah memanfaatkan kesempatan untuk melepaskan diri dari Barat dan bersekutu dengan Rusia – Rum dalam Al-Qur’ān, sedini mungkin.

  • Jika hasil Perang Besar menunjukkan bahwa kapasitas ekspor minyak negara-negara Teluk Persia menjadi lebih lemah (seperti yang kami perkirakan), bersamaan dengan kendali Israel atas sumber daya minyak di daratan Irak, maka negara-negara Muslim harus menyadari pentingnya Barzakh.

Jika Barzakh berfungsi sebagai penghalang yang tak tertembus karena Iran, maka Al-Qur’ān memungkinkan kita untuk memprediksi bahwa Iran tidak hanya akan bertahan dalam perang, tetapi juga akan tetap mampu berfungsi sebagai kekuatan militer yang tangguh atau dengan cepat pulih menjadi kekuatan yang cukup kuat untuk mencegah Pax Judaica mengendalikan Barzakh secara langsung dan tunggal. Implikasi terakhir (terlepas dari bagaimana peristiwa berkembang hari ini) adalah bahwa monarki Arab yang terletak di luar Hejaz, yaitu di sepanjang Teluk Persia, akan berupaya menjalin hubungan dengan Iran ketika Israel mengendalikan aliran minyak Irak melalui Shatt-Al-Arab, dan membentuk persatuan Muslim dengan Iran (sebagai oposisi terhadap kesatuan geopolitik) untuk menahan hegemoni politik dan ekonomi Israel.

Eskatologi Islam juga menyatakan bahwa setelah perang besar, akan terjadi penaklukan Konstantinopel. Nabi ﷺ telah memuji panglima Muslim yang akan memimpin penaklukan tersebut. Aliansi dengan Rusia, melawan NATO, adalah langkah yang tepat bagi umat Islam. Eskatologi Islam juga menegaskan bahwa Israel tidak dapat dikalahkan, melainkan hanya dapat dihambat sebelum Nabi Isa عليه السلام kembali dan Dajjal pun dibunuh oleh Nabi Isa – namun penjelasan rinci tentang poin-poin ini melampaui ruang lingkup esai ini, yang ditulis dengan waktu yang terbatas. Sebaiknya esai singkat ini diakhiri dengan mengatakan bahwa persatuan Muslim di wilayah Barzakh akan menahan Israel dan mendorongnya untuk mencari alternatif lain dalam memproyeksikan dominasi geopolitiknya. Hal ini pun akan dapat meningkatkan signifikansi proyeksi penaklukan Konstantinopel oleh Muslim di masa yang akan datang.

Alhamdulillah!


Hadits 1: Hadits yang menjelaskan bagaimana perang besar akan bermula.

وعنه رضي الله عنه قال‏:‏ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم‏:‏ ‏”‏ لا تقوم الساعة حتى يحسر الفرات عن جبل من ذهب يقتتل عليه، فيقتل من كل مائة تسعة وتسعون، فيقول كل رجل منه‏:‏ لعلي أن أكون أنا أنجو‏”‏‏.‏ وفي رواية‏:‏ ‏”‏يوشك أن يحسر الفرات عن كنز من ذهب، فمن حضره فلا يأخذ منه شيئاً‏”‏ ‏(‏متفق عليه‏)‏‏‏

Abu Hurairah (semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadanya) berkata:

Rasulullah (ﷺ) bersabda:

Kiamat tidak akan terjadi sebelum Sungai Eufrat akan menampakkan gunung emas, yang akan diperebutkan oleh manusia. Sembilan puluh sembilan dari seratus orang yang berperang akan mati, dan setiap orang di antara mereka akan berkata: ‘Mungkin aku adalah satu-satunya yang berhasil (dan tetap hidup).’

Sebuah riwayat lain menyebutkan:

“Waktu sudah dekat ketika Sungai Eufrat akan menampakkan harta karun emas. Siapa pun yang berada di tempat perang terjadi, janganlah mengambil apa pun dari harta karun itu (yaitu, janganlah berperang untuk memperoleh harta karun itu).” [Al-Bukhari dan Muslim]

Hadits 2: Hadits tentang urutan peristiwa hingga kemunculan Dajjal, Sang Antikristus.

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «عُمْرَانُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ خَرَابُ يَثْرِبَ وَخَرَابُ يَثْرِبَ خُرُوجُ الْمَلْحَمَةِ وَخُرُوجُ الْمَلْحَمَةِ فَتْحُ قُسْطَنْطِينِيَّةَ وَفَتْحُ قُسْطَنْطِينِيَّةَ خُرُوجُ الدَّجَّال رَوَاهُ أَبُو دَاوُد

Diriwayatkan oleh Mu‘adh ibn Jabal (semoga Allah merahmatinya) :

Rasulullah (ﷺ) bersabda:

Ketika Yerusalem akan menjadi pusat perhatian dunia, dan pada saat itu Yathrib akan berada dalam keadaan kehancuran (tidak memainkan peranan penting dalam urusan dunia). Hal ini akan terjadi ketika Perang Besar akan meletus. Perang Besar tersebut akan disusul oleh Penaklukan Konstantinopel. Penaklukan Konstantinopel akan disusul oleh kemunculan Dajjal – Sang Antikristus. [Abu Dawud]

Hadits 3: Sebagian dari hadits yang lebih panjang yang diriwayatkan oleh Nawwas bin Sam’aan, tentang Dajjal yang menguasai harta karun bumi di sebuah ‘tanah yang porak-poranda’.

….وَيَمُرُّ بِالْخَرِبَةِ فَيَقُولُ لَهَا: أَخْرِجِي كُنُوزَكِ فَتَتْبَعُهُ كُنُوزُهَا كَيَعَاسِيبِ النَّحْلِ….

“…Dan dia (Dajjal) akan mendekati tempat yang porak-poranda dan akan berkata kepadanya: ‘Keluarkan harta karunmu!’ dan harta karunnya akan mengikuti dia seperti gerombolan lebah….” [Muslim]


Penulis: Ahmed Nibras

Penerjemah dan editorial: Awaluddin Pappaseng Ribittara

Recommended Posts