Ini adalah sebuah catatan kecil dari murid Sheikh Imran Nazar Hosein yang bernama Hasbullah Syafi’i yang insya Allah telah diberi mandat dan kepercayaan penuh oleh Sheikh Imran untuk meneruskan dan memperjuangkan pengembangan dari ilmu eskatologi Islam yang sedang kita semua pelajari saat ini.
Satu pesan dari admin, berhentilah berdebat dengan mereka yang belum memahami sepenuhnya tentang ilmu ini, jadikanlah pepatah anjing mengonggong kafilah berlalu sebagai landasan untuk terus melangkah. Kita semua dituntut untuk terus belajar dan mengimplementasikan ilmu ini ke dalam lingkup kehidupan pribadi kita terlebih dahulu, dan waktu adalah satu-satunya yang menjadi harta yang paling berharga bagi kita saat ini dan di masa yang akan datang. Jadi berhentilah membuang waktu kita untuk meladeni mereka. Ashabul Kahfi itu bukan sekedar hijrah atau berpindah tempat, namun lebih luas cakupannya dari itu semua, dan adalah dengan jalan mengenal dan memahami Al-Qur’an melalui ilmu akhir zamannya maka pemahaman itu akan datang dengan sendirinya. Insya Allah.
Dalam sebuah hadis qudsi yang terkenal, Allah yang Maha Tinggi, telah menyatakan bahwa Dia adalah Waktu (ad-Dahr). Di hidup kita; di dunia ini, sebelum kita memasuki rahim ibu kita dan setelah kita meninggalkan dunia ini untuk memasuki alam barzakh dan seterusnya. Ada empat jenis waktu dalam gerak pemahaman yang sangat penting untuk mengetahui apa itu Eskatologi Islam.
Ada waktu yang memulai gerakannya ketika Allah yang Maha Tinggi memerintahkan semua Arwah untuk masuk ke dalam proses Kehidupan di Bumi. Dia, Subhanahu wa ta’ala, mengatakan (selama peristiwa Awwal az-Zaman yang dijelaskan dalam Al-Qur’an), “Turunkan lah semuanya…” setelah penerimaan-Nya atas pertobatan dari Nabi Adam (alayhissalam). Melalui kehidupan di Bumi, Arwah sedang dalam perjalanan kembali kepada Allah yang Maha Tinggi. “Kami milik Allah dan kepada-Nya adalah tempat kami kembali.” Tidak melupakan waktu ini, hidup dalam rangkulan perjalanan waktu ini, dan bertindak sesuai dengan itu adalah al-Ihsan. (Ceramah tentang “Tasawwuf” oleh Maulana Fazlur Rahman al-Ansari, rahimuhullah).
Lalu ada waktu lain yaitu waktu kedua yang secara pararel yang berada di bagian luar pertama. Awalnya adalah ketika Nabi Adam alayhissalam pertama kali datang ke Bumi dalam tubuh Manusia. Akhir dunia akan terjadi ketika Sangkakala ditiup dan waktu datang pada saat yang terburuk dari umat manusia. Fase terakhir dari seluruh periode ini disebut Akhir az-Zaman dan Nabi yang dikirim ke fase Akhir az-Zaman dengan wahyu terakhir adalah Nabi Muhammad sallallahu alayhi wasallam. Ini adalah sejarah; masa lalu, masa kini dan masa depan. Fase terakhir ini dimulai dengan kedatangan Nabi Muhammad sallallahu alayhi wa sallam.
Yang ketiga adalah rentetan waktu yang saat ini kita kenal sebagai waktu mekanik bagi mereka yang menanggapnya sebagai suatu pencapaian untuk mengukurnya, atau sebaliknya bagi para naturalis, mereka mungkin lebih menyukai menyebutnya sebagai waktu matahari dan atau waktu lunar. Namun bagaimanapun mereka mengistilahkannya, keduanya adalah sama. Ini adalah siang dan malam, minggu, bulan dan tahun yang masing-masing bergerak sendiri dalam porosnya; inilah rutinitas kehidupan duniawi; ini adalah keberadaan personal kita. Jika waktu yang pertama dan yang kedua di atas tidak relevan dengan waktu yang ini, maka dengan jelas kita menjadi lupa akan Islam dan Iman. Ketika yang pertama dan kedua bergabung di sini di yang ketiga, maka manusia itu menjadi ibn al-waqt, dengan kata lain, manusia yang memiliki adab. Adab berarti melakukan hal yang benar pada saat yang tepat, mengetahui apa-apa yang harus dilakukan pada saat itu juga. Yakni meletakkan segalanya pada tempat yang benar. Inilah manusia di waktu ini, yang memiliki kendali penuh atas kehadiran/keberadaannya di dunia. Erns Junger memanggilnya dengan sebutan Anark.
Yang terakhir adalah yang keempat. Upaya untuk memahami waktu ini adalah salah satu fungsi pertama yang tepat dari kecerdasan, yang menyebabkan manusia mengajukan pertanyaan-pertanyaan utama dalam kehidupan. Ini bisa disebut waktu biologis. Awalnya adalah indera pendengaran saat lahir dan akhirnya juga sama pada kematian. Di antaranya adalah semua indera dan masalah pengamatan eksternal dan analisis rasional. Relevansi al-Islam dan al-Iman terletak di ketiga dan keempat. Yang terakhir ini adalah tempat kita memulai pelajaran kita, dan menjadi peringatan kematian bagi kita.
Sekarang, Eskatologi Islam atau yang kita sebut sebagai ‘ilmu Akhir az-Zaman’ adalah kedua lambang – yang bersifat eksternal – dan perjuangan internal menuju realisasi dari semua empat jenis waktu dalam gerakan konstan yang bergema dalam manusia yang menyebabkan dia bergerak/bertindak. Ketika Eskatologi Islam diilhami dan tidak membuatnya bertindak dengan cara ini, maka bukan itu yang kami maksud dengan Eskatologi Islam. Penanganan ilmiah dan bahkan filosofis dari pengetahuan ini akan menuntukan seseorang untuk fokus pada urutan kejadian di masa depan. Hal ini mungkin bisa diserahkan kepada orang-orang sains dan filsafat, namun mereka selalu gagal.
Sebagian besar studi hari ini dalam Eskatologi Islam adalah perspektif logis dari apa yang telah kita definisikan di atas sebagai sejarah, atau perputaran waktu. Hal tersebut dapat diajarkan di universitas pada umumnya, namun kami tidak punya waktu untuk itu.
Eskatologi Islam ini bukan hanya untuk memahami Zaman, Waqt, Heen, Yaum, Sā’ah dan semua kata-kata yang terkait dengan waktu sesuai dengan bahasa Nabi; melainkan juga untuk memahami Azal dan ad-Dhar.
Insya Allah…