Realitas Negara Sekuler Modern

Kebaikan, manfaat dan keunggulan-keunggulan bagi negara sekuler bagi manusia tidak merubah dasar dari negara sekuler itu sendiri yaitu kufur dan sirik. Negara sekuler kini mulai menampakkan jati dirinya yang asli, yaitu sikap rivalitasnya terhadap kehidupan bergama. Kehidupan yang berdasarkan agama kini menjadi musuh laten dari sistem pemerintahan sekuler di seluruh dunia yang pada dasarnya tak berketuhanan.

Demokrasi yang diusung oleh negara-negara sekuler kini menjadi pil racun berselaput gula. Demokrasi mempertahankan sistem moneter hutang untuk menindas ekonomi dan mengekploitasi rakyat melalui riba, dimana dahulu, penindasan ekonomi berbaju rasial dan penindasan etnis. Rakyat yang terbelenggu kemiskinan tidak dapat bersatu dan menjadi kesatuan politik yang kuat sehingga dapat menantang elit predator yang kaya. Oleh karena itu mereka tidak akan pernah meraih kekuasaan untuk dapat menghentikan penindasan ekonomi ini.  Arti Qur’an yang baru bagi komunitas muslim sekuler adalah, bahwa yang kaya akan mewarisi bumi didunia dan di akhirat. Dan memang itulah kenyataan yang terjadi sekarang.

Eropa melanjutkan setelah masa kolonialisme, untuk menggunakan kekuatan militer, jika cara kerjasama dan suap menemui jalan buntu, dan kekuasaan mutlaknya untuk menipu dunia dan mencuci otak manusia non Eropa. Philosopi tak berketuhanan dengan konsep tak berketuhanan seperti kedaulatan negara terhadap rakyatnya, sistem ekonomi eksploitatif, dan kebudayaan bebas, akhirnya dipuja seluruh dunia. Ini adalah keberhasilan yang spektakuler.

Kolonialisme adalah imperialisme adalah globalisasi.

Pemerintahan kolonial barat kini menguasai seluruh manusia didunia (global), termasuk terhadap Muslim, melalui cara-cara sistem politik tak berketuhanan yang baru, berdasarkan kufur dan sirik, yang menipu dan merayu, seperti halnya iklan televisi. Oleh karena itu, prediksi Muhammad saw kini terpenuhi! Beliau meramalkan bahwa umatnya (Muslim) akan meniru (cara hidup) dan mengikuti Yahudi dan Nasrani sampai sedemikian rupa sehingga jika mereka (Yahudi dan Nasrani) masuk lubang kadal (neraka) maka mereka (Muslim) juga.

Hasilnya adalah dunia Yahudi, Nasrani dan Muslim kini terjerembab dalam ujian di dalam ujian, sebuah fitnah terhadap Tuhannya Ibrahim, Yang Maha Tinggi, ketika Dia memerintah:

“Ikuti apa yang sudah diturunkan kepada kamu oleh Allah, dan tidak ikuti pemimpin (raja) lain selain Allah. Jarang sekali kamu ingat ini dalam pikiranmu!”

(Al Araf 7:3)

Sistem negara sekuler modern menerapkan pemilu untuk memilih parlemen dan pemerintah. Rakyat negara sekuler, apapun agamanya, memilih dalam pemilu itu. Mereka diwajibkan untuk tunduk pada pemilu itu dan menjunjung tinggi hasilnya. Jika hasil pemilu itu adalah pemerintahan yang sebagian besar penganut agama Budha, penyembah berhala, atau Nasrani, yang secara terbuka bermusuhan terhadap orang yang menyembah Tuhannya Ibrahim. Atau, menghasilkan pemerintahan yang menghalalkan apa yang Allah haramkan dan mengharamkan apa yang Allah halalkan, maka sistem pemilu itu mewajibkan setiap Yahudi, Nasrani maupun Muslim untuk tunduk pada kekuasaan dan kedaulatan negara itu, sebagai negara yang sah berdasarkan hukum.

Tidak terdapat dalam Injil, Taurat, Qur’an maupun hadist, yang membenarkan Yahudi, Nasrani, dan Muslim untuk berpartisipasi pada pemilu seperti itu, dimana mereka memilih dengan bebas, sebuah pemerintahan yang sah menurut hukum, untuk memerintah mereka. Kebalikannya, ada kutukan pada kitab-kitab tersebut diatas mengenai pemilu seperti ini!

*Imran N. Hosein

Recommended Posts