Implikasi dari Perang Ukraina

Perang Ukraina, dalam arti luas, adalah pecahnya Perang Dunia Ketiga. Karena tanpa kerangka dasar ini, Anda tidak akan dapat memahami realitas Perang Ukraina dan rantai peristiwa yang akan mengikutinya.

Situasi keuangan Amerika Serikat sebagai negara adidaya adalah penyebab utama konflik dunia. Ada batasan berapa banyak uang yang bisa dicetak oleh mesin cetak uang. Federal Reserve AS telah mencapai batas itu, sebagaimana dibuktikan oleh Janet Yellen, Menteri Keuangan AS, yang baru-baru ini menyatakan bahwa quantitative easing, atau pencetakan uang dalam jumlah besar pada tahun 2020, yang dijuluki Great Reset, adalah penyebab utama inflasi saat ini. Inflasi telah mengakibatkan diberlakukannya pembatasan pencetakan uang di Amerika Serikat, yang pelanggarannya dapat mengakibatkan disintegrasi internal negara karena keruntuhan sosial-ekonomi. Dan karena alasan inilah Amerika Serikat memutuskan untuk berperang dengan Rusia. Karena solusi untuk masalah likuiditas Fed adalah menambah cadangan emasnya dengan emas Rusia dan Tiongkok. Rusia adalah salah satu produsen utama minyak dunia, yang oleh pakar keuangan menyebutnya sebagai “emas hitam”. Sementara Tiongkok adalah produsen emas terbesar di dunia.

Blokade militer adalah langkah pertama dalam melancarkan perang melawan Rusia. Di mana Amerika Serikat, melalui NATO, menempatkan aset-aset militer di wilayah perbatasan Rusia, dalam hal ini negara-negara Baltik. Pengerahan militer ini dimaksudkan untuk mengisolasi Rusia dari seluruh dunia dalam hal hubungan perdagangan dan keuangan. Untuk memberlakukan blokade keuangan dan ekonomi, diperlukan penghalang fisik. Peristiwa bendera palsu dari pesawat Malaysia Airlines yang ditembak jatuh tidak cukup kuat untuk melakukan hal ini. Laut Hitam juga merupakan jantung dari konektivitas global Rusia. Akibatnya, satu-satunya cara untuk sepenuhnya membendung Rusia adalah dengan mengendalikan Laut Hitam, dan dengan demikian Pangkalan Angkatan Laut Rusia di Krimea, dan Donbass. Inilah perang Ukraina yang kita lihat hari ini.

Laut Hitam adalah rute perdagangan terbesar Rusia dan satu-satunya rute keluar perairan yang hangat.

Sejak tahun 2014, NATO telah menempatkan pasukan bersenjata di republik Baltik. Selama waktu ini, militer Ukraina diperkuat. Militer Ukraina, yang kekuatan penggeraknya adalah Batalyon Nazi, telah menerima persenjataan, peralatan, uang, dan pelatihan. Untuk merebut Krimea secara militer, Anda harus terlebih dahulu menduduki Donbass. Karena jika Anda menyerang Krimea, serangan balasan Rusia di Krimea akan datang dari arah Donbass.

Untuk alasan yang disebutkan di atas, Rusia akan mempertahankan Krimea dan Laut Hitam dengan segala cara. Rute laut utara adalah penghubung kedua Rusia ke seluruh dunia. Akibatnya, Finlandia dan Swedia harus bergabung dengan NATO untuk mencegah Rusia mengakses Laut Utara. Blokade dapat dilakukan dari arah Finlandia dan Swedia. Kelompok Penyerangan Angkatan Laut NATO (Baltops 2022) dan Armada Baltik Rusia sedang melenturkan otot-otot mereka di Laut Baltik seperti yang kita lihat saat ini.

Invasi Rusia ke Ukraina adalah respon Rusia atas rencana Amerika Serikat untuk menyerang Krimea menggunakan Angkatan Bersenjata Ukraina. Saat ini, militer Ukraina berada di ambang kehancuran di tengah-tengah Operasi Militer Khusus Rusia, itu jika Anda tidak mengikuti media mainstream. Amerika Serikat tidak peduli dengan kemenangan Ukraina, sebaliknya Washington bertujuan untuk memperpanjang konflik selama mungkin. Kita bisa melihat hal ini dari jenis perangkat keras militer yang dikirim oleh NATO ke Ukraina, tidak ada satupun, dan volumenya, yang bisa memastikan kemenangan Ukraina. Tujuan dari apa yang disebut sanksi adalah blokade dalam jangka panjang, yaitu untuk sepenuhnya memisahkan Eropa dari Rusia, menempatkan Eropa di pihak Amerika Serikat jika terjadi perang dengan Rusia di masa depan yang sedang berlangsung. Dengan memperpanjang perang, blokade ekonomi dan keuangan terhadap Rusia akan menjadi berlarut-larut, mengikat sekutu-sekutu AS, di balik Perang Ukraina, ke masa depan tanpa pilihan lain kecuali perang dengan Rusia. Atau dengan kata lain, mengubah blokade ekonomi menjadi blokade militer. Untuk Anda pahami, dalam hubungan internasional, blokade ekonomi adalah tindakan perang, yang membuat blokade militer adalah perang de facto. Pengiriman MLRS HIMARS saat ini, meskipun tidak diragukan lagi Rusia akan menghancurkannya, di antara tujuan lainnya, itu akan memperpanjang pertempuran setidaknya dua hingga empat bulan. MLRS HIMARS adalah senjata yang sangat dinamis dengan daya tembak jarak jauh.

Oleh karena itu, Washington membutuhkan Perang Ukraina untuk bertahan selama mungkin, sementara Moskow sebaliknya, untuk mengakhirinya sesegera mungkin. Penunjukan Dvornikov oleh Putin sebagai Komandan Tertinggi Rusia di Ukraina justru untuk itu. Rusia akan menang di Ukraina dan sebagai akibatnya, Angkatan Bersenjata Federasi Rusia tidak sebanding dengan gabungan Barat, maka blokade Laut Hitam Rusia akan gagal. Atau dengan kata lain, blokade ekonomi AS terhadap Rusia gagal. Bahkan dengan bergabungnya Swedia dan Finlandia ke dalam NATO, embargo terhadap jalur Laut Utara Rusia kemungkinan besar akan berhasil, tetapi pemblokiran penuh terhadap Rusia hanya bisa dilakukan jika AS memblokade Laut Hitam.

AS masih memiliki kesempatan untuk memblokade Rusia di Laut Hitam dengan menggunakan Turki, anggota NATO, untuk menutup Selat Bosporus. Jika hal itu terjadi, maka satu-satunya tanggapan Rusia adalah dengan memecah-belah Turki, seperti yang telah dilakukannya di Ukraina. Namun, Rusia tidak dapat melakukannya dengan militernya, hanya dengan pasukan proksi, karena Turki adalah anggota NATO. Pasal 5 NATO akan terpicu jika Angkatan Bersenjata Rusia menyerang Turki. Hal itu akan menimbulkan konflik global. Perang proksi melawan Turki bisa dilancarkan oleh Rusia dari Suriah.

Kita akhirnya akan menghadapi perang dunia apabila Rusia berhasil memecah-belah Turki. Karena Turki, seperti Krimea bagi Rusia, adalah titik kritis bagi pertahanan NATO, dan NATO harus mempertahankan Turki dengan segala cara. Dalam hal ini, saya meyakini, AS adalah satu-satunya yang akan mengawali Perang Dunia III.

Seperti yang telah saya sampaikan, Amerika Serikat tidak peduli dengan pertahanan Ukraina. Bantuan militer ke Kiev ditujukan untuk memperpanjang konflik. Tujuan Amerika Serikat adalah untuk memaksakan blokade ekonomi dan keuangan secara permanen terhadap Rusia. Alasan seperti itu dapat ditemukan dalam konflik Ukraina. Sebuah hambatan permanen yang tidak dapat dihindari. Akibatnya, AS dapat memanfaatkan Eropa dan memaksa Eropa untuk mendukung AS dalam konflik di masa depan melawan Rusia.

Oleh karena itu, tidak ada cara lain bagi Rusia untuk menyelesaikan perang Ukraina selain menduduki seluruh Ukraina. Itu karena Barat akan terus dan tidak akan pernah berhenti untuk memicu rezim Ukraina melakukan konfrontasi tanpa akhir.

 

Taiwan vs China (Tiongkok)

Iya, Taiwan adalah proyek Amerika Serikat selanjutnya. Tujuannya sama terhadap Rusia di Ukraina: untuk memaksakan blokade ekonomi dan moneter jangka panjang secara fisik terhadap Tiongkok. Saya menyadari bahwa Amerika Serikat sekarang terlibat dalam perang ekonomi dengan Tiongkok dan telah memberlakukan sanksi ekonomi. Namun, pembatasan ekonomi ini tidak berlaku untuk sekutu AS. Alhasil, AS membutuhkan pembenaran yang meyakinkan untuk hal ini, semisal kekhawatiran perang antara Eropa versus Tiongkok. ” Bro, ini adalah Ukraina sekali lagi; ini adalah sebuah ancaman bagi eksistensi dunia yang beradab; putuskan hubungan ekonomi dan keuangan Anda dengan Tiongkok; akhiri itu!” Washington telah membentuk pakta militer di Pasifik untuk tujuan ini, yaitu AUKUS (Australia, Inggris, AS), salah satu di antara rencana kerja yang dibahas dalam AUKUS adalah mempersenjatai Australia dengan kapal selam buatan Inggris, yang mampu meluncurkan serangan rudal jelajah ke Tiongkok. Jadi, ini adalah skenario yang sama dengan Rusia di Ukraina, yaitu, mengubah blokade ekonomi yang saat ini diberlakukan AS menjadi blokade militer, sebuah blokade penuh terhadap Tiongkok.

Tiongkok hanya memiliki satu garis pantai di mana Beijing melakukan perdagangan di seluruh dunia, garis pantai timur Tiongkok yang berbatasan dengan Korea Selatan di Semenanjung Korea, kepulauan Jepang dan pulau Taiwan.

Perang di Taiwan juga akan membatasi rute maritim Rusia di Laut Timur Jauh, yang menghubungkan Rusia dengan Asia. Seperti halnya di Ukraina, hal itu akan menghambat konektivitas BRI Cina ke Eropa.

Jadi AS-lah yang menginginkan konflik di Taiwan dan bukan Cina. Tidak ada pilihan lain bagi Beijing untuk menghindari perang, jika AS telah mempersenjatai Taiwan dengan rudal udara jarak menengah atau rudal darat, seperti Rusia yang harus terlibat di dalam Ukraina. Namun, menentukan waktu perang lebih baik bagi Washington belakangan ketimbang lebih cepat. Rusia mendorongnya lebih cepat di Ukraina, dan Barat lengah. Saya mengacu pada kesiapan Barat dalam ekonomi domestik dan respons militer, serta dukungan militer di Ukraina, yang tidak terkoordinasi dengan baik dan menghasilkan respon yang amburadul.

Saya akan mengatakannya lagi: Ukraina dan Taiwan keduanya adalah proksi AS dalam perang melawan Rusia dan Tiongkok. Perang proksi menunjukkan konflik terbatas. Hal ini tidak dimaksudkan untuk mengeskalasi menjadi konflik langsung antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Demikian pula di Ukraina, antara negara-negara anggota NATO dan Rusia.

 

Persenjataan nuklir AS di Eropa Timur & Asia Timur

Dengan dalih ancaman rudal balistik Iran dan DPRK (Korea Utara), AS telah mengerahkan pertahanan Anti Rudal Balistik di negara-negara Baltik, yaitu di Polandia dan Rumania, dan Asia Timur, yaitu; di Jepang dan ROK (Korea Selatan). Dari sudut pandang militer, apa yang disebut sebagai alutsista pertahanan ini dapat dengan mudah digantikan dengan senjata nuklir yang bersifat Ofensif. Aegis Ashore dapat dengan mudah dipersenjatai dengan rudal jelajah Tomahawk yang berujung nuklir. Selanjutnya, AS dapat mengerahkan rudal hipersonik berbasis darat yang saat ini sedang dikembangkan tanpa liputan media. Serta rudal hipersonik berbasis udara di Eropa, Asia Timur, dan Asia Selatan. Washington kemungkinan akan menggunakan dalih ancaman rudal balistik dari Iran dan DPRK. Sungguh misterius bahwa Iran memiliki retorika anti-Israel yang konstan, dan sama halnya dengan DPRK terhadap ROK. Sesuatu yang tidak dapat dianalisis dengan menggunakan instrumen politik yang konvensional.

Perkembangan persenjataan nuklir AS di negara-negara perbatasan Rusia dan Cina ini adalah langkah geopolitik nuklir AS melawan Moskow dan Beijing.

 

Konsekuensi Global

Blokade militer permanen terhadap Rusia dan Tiongkok berarti disintegrasi globalisasi, Anda dapat merasakan dan memahami sepenuhnya hal ini dalam krisis rantai pasokan saat ini di Amerika Utara. Globalisasi adalah interkoneksi negara-negara di seluruh dunia antara satu dengan yang lain, yang menyediakan distribusi barang dan jasa yang lebih cepat ke seluruh dunia. Pandemi virus corona telah menghentikan globalisasi, dan sekarang Perang Ukraina menghancurkan globalisasi. Akibatnya, rangkaian krisis saat ini di Barat dan di seluruh dunia tidak akan pernah pulih, bahkan justru akan semakin memburuk, sampai perang besar datang. Saya merujuk pada krisis bahan bakar, krisis energi, krisis pangan, krisis rantai pasokan, dan krisis keuangan atau hiperinflasi yang secara halus disebut media sebagai inflasi.

Jalan akhirnya adalah kita akan mengalami perang yang sesungguhnya, perang dunia ketiga, antara AS melawan Rusia dan Tiongkok, yaitu setelah periode ekonomi AS berubah menjadi blokade militer terhadap Rusia dan Tiongkok mencapai puncaknya. Dan Anda sebaiknya siap untuk itu karena hal itu tentunya memiliki konsekuensi global.

* Oleh Angkoso Nugroho } Ditulis bersama oleh Khalid Ibn Muneer.

 

 

Print Friendly, PDF & Email

Recommended Posts